Metodologi Studi Islam



RANGKUMAN
METODOLOGI STUDI ISLAM
“PROF. Dr. H. ABUDDIN NATA, M.A”








                                                                                 




PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS MUHAMMADYAH
SIDOARJO
2014
BAB 1
MISI AJARAN ISLAM
Studi terhadap misi ajaran islam secara komprehensif dan mendalam sangat di perlukan karena beberapa sebab sebagai berikut :
1.     Untuk menimbulkan kecintaan manusia terhadap ajaran Islam yang didasarkan kepada alasan yang sifatnya bukan hanya normatif, yakni karna perintah Allah. Dan bukan pula karena emosional semata – mata karena didukung oleh argumentasi yang bersifat rasional, kultural dan aktual. Yaitu argumen yang masuk akal, dapat dihayati dan dirasakan oleh umat manusia.
2.     Untuk membuktikan kepada umat manusia bahwa islam baik secara normatif maupun secara kultural dan rasional adalah ajaran yang dapat membawa manusia kepada kehidupan yang lebih baik.
3.     Untuk menghilangkan citra negatif dari sebagian masyarakat terhadap ajaran Islam.
Terdapat sejumlah argumentasi yang menyatakan bahwa Islam sebagai pembawa rahmat bagi seluruh alam. Argumentasi tersebut dikemukakan sebagai berikut :
1.     Dilihat dari pengertian Islam, kata Islam makna aslinya masuk dalam perdamaian, dan orang Muslim ialah orang yang damai dengan Allah dan damai dengan manusia. Damai dengan Allah artinya berserah diri sepenuhnya kepada Allah dan damai dengan manusia berbuat baik kepada sesamanya.
2.     Islam sebagai pembawa rahmat dapat dilihat dari peran Islam dalam menangani berbagai problematika agama, sosial, ekonomi, politik, hukum, pendidikan, kebudayaan dan sebagainya.
-        Dalam bidang sosial, keadaan masyarkat terbagi bagi kedalam sosial atau kasta yang dibedakan berdasarkan suku bangsa, bahasa, warna kulit, harta benda, jenis kelamin dan lain sebagainya. Dengan system yang demikian, maka tidak akan menjadi mobilitas vertikal yang didasarkan pada prestasinya masing masing.
-        Dalam bidang ekonomi, ditandai dengan praktik mendapatkan uang dengan menghalalkan segala cara. Contohnya riba, mengurangi timbangan, menipu, monopoli, kepitalisme dan sebagainya. Keadaan yang demikian akan semakin memisahkan jurang perrbedaan antara yang kaya dan yang miskin dan menimbulkan persaingan yang tidak sehat. Secara tidak sadar manusia menjadi budak harta.
-        Dalam bidang pendidikan, ditandai oleh keadaan dimana pendidikan atau pengetahuan hanya milik kaum elit. Rakyat miskin dibiarkan bodoh sehingga dengan mudah disesatkan akidahnya dan selanjutnya dengan mudah diperbudak.
-        Dalam bidang kebudayaan, ditandai oleh keadaan masyarakat yang semata – mata mengikuti hawa nafsu syahwat dan nafsu duniawi. Mereka gemar melakukan mabuk – mabukan foya – foya, berzina, berjudi dan sebagainya. Mereka tenggelam dalam dosa dosa maksiat.
Sejak Islam dilahirkan sudah memiliki komitmen dan respon yang tinggi untuk ikut terlibat dalam memecahkan berbagai masalah tersebut diatas. Islam bukan hanya mengajarkan sosial ibadah, namun juga ikut terlibat dalam memberikan jalan keluar yang terbaik untuk mengatasi berbagai masalah tersebut dengan penuh bijaksana, adil, demokratis, manusiawi.
Hal – hal demikian dapat dikemukakan sebagai berikut :
-        Dalam bidang sosial, Islam memperkenalkan ajaran yang bersifat egaliter atau kesetaraan dan kesederajatan antar manusia. Sama sama sebagi makhluk Allah dengan segala kelebihan dan kekurangan masing – masing.
-        Dalam bidang ekonomi, yang bersandikan asas keseimbangandan pemerataan. Dalam ajaran islam seseorang diperbolehkan mempunyai kekayaan tanpa batas, namun, dalam jumlah tertentu terdapat milik orang lain yang harus dikeluarkan dalam bentuk zakat, infaq dan sedekah.
-        Dalam bidang politik, perintah Allah didalam Al-Quran agar seorang pemerintah atau pemimpin bersikap adil, bijaksana terhadap rakyat yang dipimpinnya, mendahulukan kepentingan – kepentingan rakyat, melindungi dan mengayomi rakyat, memberikan pengayoman dan ketentraman kepada masyarakat.
-        Dalam bidang hukum, didalam Al Quran surat An-Nisa ayat 58 ayat tersebut memerintah seorang hakim akan selalu adil dan bijaksana dalam memutuskan perkara.
-        Dalam bidang pendidikan, Islam mengajarkan belajar dengan sungguh dalam keadaan perang, dan menuntut ilmu mulai dari buaian hingga ke liang lahat, serta melakukan sepanjang hayat.
Berdasarkan fakta dan analisis diatas, dapat dikatakan bahwa misi ajara Islam adalah untuk melindungi hak hak manusia baik jiwa, akal, agama, harta, keturunan dan lainnya yang terkait. Untuk itu maka Islam sangat nenekankan perlunya penegakan keadaan diri yang aman, damai, sejeahtera, tentram, saling tolong menolong, toleransi, adil, bijaksana, terbuka, kederajatan dan kemanusiaan. Dengan ajaran yang demikian, maka Islam bukanlah agama yang harus ditakuti, apalagi dituduh sebagai sarang teroris, pembuat kekacauan dan sebagainya.






























BAB 2
POSISI ISLAM DIANTARA AGAMA – AGAMA DI DUNIA
Sebelum Islam datang ke dunia ini, telah terdapat sejumlah agama yang dianut oleh umat manusia. Para Ahli Perbandingan Ilmu Agama ( The Comparative Study Of Religion ) membagi agama secara garis besar ke dalam dua bagian. Pertama, kelompok agama yang diturunkan oleh Tuhan melalui wahyu – wahyunya sebagaimana termaksud dalam kitab suci Al-Quran. Kedua, kelompok agama yang dihasilkan oleh renungan mendalam dari tokoh yang membawanya sebagaimana terdokumentasikan dalam kitab suci yang disusunnya.
Islam adalah agama yang terakhir di antara agama besar di dunia yang semuanya merupakan kekuatan raksasa yang menggerakkan revolusi dunia, Selain itu, Islam bukan saja agama yang terakhir melainkan agama yang melengkapi segala-galanya dan mencakup sekalian agama yang datang sebelumnya.
Mengenai posisi Islam terhadap agama-agama yang datang sebelumnya dapat dikemukakan sebagai berikut :
1.     Ciri khas agama Islam yang paling menonjol yaitu bahwa Islam menyuruh para pemeluknya agar beriman dan mempercayai bahwa sekian agama besar di dunia yang datang sebelumnya diturunkan dan diwahyukan oleh Allah.
2.     Ciri khas agama Islam yang memberinya kedudukan istimewa diantara sekian agama. Selain menjadi agama yang terakhir dan yang meliput semuanya, Islam adalah pernyataaan kehendak Illahi yang sempurna.
3.     Dapat dilihat dari peran yang dimainkannya. Dalam hubungan ini agama Islam memiliki tugas besar, yaitu (1), mendatangkan perdamaian dunia dengan membentuk persaudaraan diantara sekalian agama di dunia dan (2), menghimpun segala kebenaran yang termuat dalam agama yang telah ada sebelumnya (3), memperbaiki kesalahan-kesalahan yang diperbuat oleh para penganut agama sebelumnya yang kemudian dimasukkan ke dalam agamanya itu, (4), mengerjakan kebenaran abadi yang sebelumnya tak pernah diajarkan, dan yang terakhir ialah memenuhi segala kebutuhan moral dan rohani bagi umat manusia yang selalu bergerak maju.
4.     Dapat pula dilihat dari adanya unsur pembaruan didalamnya.
5.     Dapat dilihat dari dua sifat yang yang dimiliki oleh ajaran Islam, yaitu akomodatif dan persuasif.
BAB 3
METODOLOGI PEMAHAMAN ISLAM


A.    STUDI ISLAM
Dikalangan para ahli masih terdapat perbedaan disekitar permasalahan apakah studi islam (agama) dapat dimasukkan ke dalam bidang ilmu pengetahuan, mengingat sifat dan karakteristik antara ilme pengetahuan dan agama berbeda.
Pada dataran normativitas studi Islam agaknya masih banyak terbebani oleh misi kagamaan yang bersifat memihak, romantis, dan apologis, sehingga kadar muatan analisis, kritis, medodologis, historis, empiris, terutama dalam menelaah teks-teks atau naskah-naskah keagamaan produk sejarah terdahulu kurang begitu ditonjolkan, kecuali dalam lingkungan para peneliti tertentu yang masih sangat terbatas.
Dengan demikian secara sederhana dapat dekemukakan jawabannya bahwa dilihat dari segi normatif sebagaimana yang terdapat di dalam Alquran dan hadis, maka Islam lebih merupakan agama yang tidak dapat diberlakukan kepadanya pradigma ilmu pengetahuan, yaitu pradigma analisistis, kritis, metodologis, historis, dan empiris. Sebagai agama, Islam lebih bersifat memihak romantis, apologis, dan subjektif. sedangkan jika dilihat dari segi historisnya yakni islam dalam arti yang dipraktikkan oleh manusia serta tumbuh dan berkembang dalam sejarah kehidupan manusia, maka Islam dapat dikatakan sebagai sebuah disiplin ilmu, yakni ilmu keislaman atai Islam Studies
Perbedaan dalam  melihat Islam yang demikian itu dapat menimbulkan perbedaan dalam menjelaskan Islam itu sendiri. Ketika islam dilihat dari sudur normatif, Islam merupakan agama yang di dalamnya berisi ajaran Tuhan dengan urusan akidah dan muamalah sedangkan ketika Islam dilihat dari sudut historis atau sebagaimana yang tampak dalam Islam tampil sebagai sebuah disiplin ilmu (Islamic Studies).

B.    METODE MEMAHAMI ISLAM
Dalam buku herjudul Tentang Sosiologi Islam, karya Ali Syari'ati, dijumpai uraian singkat mengenai metode memahami yang pada intinya Islam harus dilihat dari berbagai dimensi. Dalam hubungan ini, ia mengatakan jika kita meninjau Islam dari satu sudut pandangan saja, maka yang akan terlihat ha-nya satu dimensi saja dari gejalanya yang bersegi banyak. Mungkin kita berhasil melihatnya secara tepat, namun tidak cukup bila kita ingin memahaminya secara keseluruhan. Buktinya ialah Alquran sendiri. Kitab ini memiliki banyak dimensi; sebagiannya telah dipelajari oleh sarjana-sarjana besar sepanjang sejarah. Satu dimensi, misalnya, mengandung aspek-aspek linguistik dan sastra Alquran. Para sarjana sastra telah mempelajarinya secara terperinci. Dimensi lain terdiri atas tema-tema filosofis dan keimanan Alquran yang menjadi bahan pemikiran hagi para filosof serta para teolog hari ini. Dimensi alquran lainnya lagi yang belum dikenal ialah dimensi manusiawinya, yang mengandung persoalan historis, sosiofogis, dan psikologis. Dimensi ini belum banyak dikenal, karena sosiologi, psikologi ilmu-ilmu manusia memang jauh lebih muda dibandingkan ilmu-ilmu  alam. Apalagi ilmu sejarah yang merupakan ilmu termuda di dunia. Namun yang dimaksudkan dengan ilmu sejarah di sini tidaklah identik dengan data historis ataupun buku-buku sejarah yang tergolong dalam buku-buku tertua yang pernah ada.
Untuk memahami islam secara benar ini, Nasruddin Razak mengajukan empat cara. :
1.     Islam harus dipelajari dari sumbernya yang asli, yaitu Alquran dan      Al-Sunnah Rasulullah. Kekeliruan memahami Islam, karena orang hanya megenalnya dari sebagian ulama dan pemeluknya yang telah jauh dari bimbingan Alquran dan Al-Sunnah, atau melalui pengenalan dari sumber – sumber kitab fiqih dan tasawuf yang semangatnya sudah tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Mempelajari Islam dengan cara demikian akan men­jadikan orang tersebut sebagai pemeluk Islam yang sinkretisme, hidup penuh bid’ah dan khurafat, yakni telah tercampur dengan hal-hal yang tidak Islami, dari ajaran Islam yang murni.
2.     Islam harus dipelajari secara integral, tidak dengan cara parsial, artinya dipelajari secara menyeluruh sebagai satu kesatuan yang bulat tidak secara. sebagian saja. Memahami Islam secara parsial akan membahayakan, menimbulkan skeptis, bimbang dan penuh keraguan.
3.     Islam perlu dipelajar dari kepustakaan yang ditulis oleh para ulama besar.
4.     Islam hendaknya dipelajari dari ketentuan normatif teologis yang ada dalam Alquran, baru kemudia dihubungkan dengan kenyataan historis, empiris, dan sosiologis yang ada di masyarakat. Dengan cara demikian dapat diketahui tingkat kesesuaian atau kesenjangan antara Islam yang berada pada dataran normatif teologis yang ada dalam Alquran dengan Islam yang ada pada dataran historis, sosiologis, dan empiris
Memahami Islam dengan cara keempat sebagaimana disebutkan di atas, akhir-akhir ini sangat diperlukan dalam upaya menjunjukkan peran sosial dan kemanusiaan dari ajaran Islam itu sendiri.
Dari uraian tersebut kita melihat bahwa metode yang dapat digunakan. untuk memahami Islam secara garis besar ada dua macam. Pertama, metode komparasi, yaitu suatu cara memahami agama dengan membandingkan seluruh aspek yang ada dalam agama Islam tersebut dengan agama lainnya, dengar. cara demikian akan dihasilkan pemahaman Islam yang objektif dan utuh Kedua, metode sintesis, vaitu suatu cara memahami Islam yang memadukan antara metode ilmiah dengan segala cirinya yang rasional, objektif, kritis, dan seterusnya dengan metode teologis normatif. Metode ilmiah digunakar. untuk memahami Islam yang tampak dalam kenyataan historis, empiris, dan sosiologis, sedangkan metode teologis normatif digunakan untuk memaham: Islam yang terkandung dalam kitab suci. Melalui metode teologis normatif ini seseorang memulainya dari meyakini Islam sebagai agama yang mutlak benar.
Hal ini didasarkan pada alasan, karena agama berasal dari Tuhan dari apa yang berasal dari Tuhan mutlak benar, maka agamapun mutlak benar Setelah itu dilanjutkan dengan melihat agama sebagaimana norma ajaran yang berkaitan dengan berbagai aspek kehidupan manusia yang secara keseluruhan diyakini amat ideal. Melalui metode teologis normatif yang tergolong tua usianya ini dapat dihasilkan keyakinan dan kecintaan yang kuat, kokoh, dan militan pada Islam, sedangkan dengan metode ilmiah yang dinilai sebagai tergolong Muda usianya ini dapat dihasilkan kemampuan menerapkan Islam yang diyakini dan dicintainya itu dalam kenyataan hidup serta memberi jawaban terhadap berbagai permasalahan yang dihadapi manusia.




BAB 4
TELAAH “ KONSTRUKSI TEORI” PENELITIAN AGAMA

A.    PENGERTIAN "KONSTRUKSI TEORI" PENELITIAN AGAMA
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, W.J.S. Poerwadarminta Mengartikan konstruksi adalah cara membuat (menyusun) bangunan – bangunan (jembatan dan sebagainya); dan dapat pula berarti susunan dan hubungan kata di kalimat atau di kelompok kata. Sedangkan teori berarti pendapat yang dikemukakan sebagai suatu keterangan mengenai suatu peristiwa (kejadian); dan berarti pula asas-asas dan hukum-hukum umum yang dasar suatu kesenian atau ilmu pengetahuan. Selain itu, teori dapat pula berarti pendapat, cara-cara, dan aturan-aturan untuk melakukan sesuatu.
Selanjutnya, dalam ilmu penelitian teori-teori itu pada hakikatnya merupakan pernyataan mengenai sebab akibat atau mengenai adanya suatu hubungan positif antara gejala yang diteliti dari satu atau beberapa faktor tertentu dalam masyarakat, misalnya kita ingin meneliti gejala bunuh diri. sudah mengetahui tentang teori integrasi atau kohesi sosial dari Emile Durkheim (seorang ahli sosiologi Perancis kenamaan), yang mengatakan adanya hubungan positif antara lemah dan kuatnya integrasi sosial dan gejala bunuh diri dari pengertian – pengertian tersebut, kita dapat memperoleh suatu kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan Konstruksi teori adalah susunan atau bangunan dari suatu pendapat, asas-asas atau hukum – hukum mengenai sesuatu yang antara suatu dan lainnya saling berkaitan, sehuingga membentuk suatu banunan.
Adapun penelitian berasal dari kata teliti yang artinya cermat, seksama, pemeriksaan yang dilakukan secara saksama dan teliti, dan dapat pula berarti penyelidikan, tujuan pokok dari kegiatan penelitian ini adalah mencari kebenaran-kebenaran objektif yang disimpulkan melalui data-data yang terkumpul. Kebenaran – kebenaran objektif yang diperoleh tersebut kemudian digunakan sebagai dasar atau landasan untuk pembaruan, perkembangan atau perbaikan dalam masalah-masalah teoritis dan praktis bidang-bidang pengetahuan yang bersangkutan. Dengan demikian, penelitian mengandung arti upaya menemukan jawaban atas sejumlah masalah berdasarkan data-data yang terkumpul.
Barikutnya, sampailah kita kepada pengertian agama. R.R. Maret salah seorang ahli antropologi Inggris, menyatakan bahwa agama adalah yang paling sulit dari semua perkataan untuk didefinisikan karena agama adalah menyangkut lebih daripada hanya pikiran, yaitu perasaan dan kemauan juga, dan dapat memanifestasikan dari menurut segi-segi emosionalnya walaupun idenya kabur.
Harun Nasution menyebutkan adanya empat unsur penting yang terdapat dalam agama, yaitu 1) unsur kekuatan gaib yang dapat mengambil bentuk Dewa, Tuhan, dan sebagainya 2) unsur keyakinan manusia bahwa kesejahterahannya di dunia ini dan hidupnya di akhirat nanti amat tergantung kepada adanya hubungan baik dengan kekuatan gaib yang dimaksud 3) unsur respond yang bersifat emosional dari manusia yang dapat mengambil bentuk perasaan takut, cinta, dan sebagainya dan 4) unsur paham adanya yang kudus (sacred) dan suci yang dapat mengambil bentuk kekuatan gaib.
Dari definisi-definisi tersebut, Harun Nasution selannjutnya menyebutkan adanya empat unsur penting yang terdapat dalam agama, yaitu: 1) Unsur kekuatan gaib yang dapat rnengambil bentuk dewa, atau Tuhan, dan sebagainya 2) Unsur keyakinan manusia bahwa kesejahteraannya di dunia ini dan hidupnya di akhirat nanti amat bergantung kepada adanya hubungan baik dengan kekuatan gaib yang dimaksud 3) Unsur respons yang bersifat emosional dari manusia yang dapat mengambil bentuk perasaan takut, cinta dan sebagainya dan 4) Unsur paham adanya yang kudus (Sacred) dan suci yang dapat mengambil bentuk kekuatan gaib, kitab yang mengandung ajaran-ajaran agama yang bersangkutan, dan dalam bentuk tempat-tempat tertentu.







BAB 5
TEORI-TEORI PENELITIAN AGAMA
Teori adalah alat terpenting suatu ilmu  pengetahuan. Tanpa teori berarti hanya ada serangkian fakta atau data saja dan tidak ada ilmu pengetahuan.
Teori itu :
1.      Menyimpulkan generalisasi fakta-fakta
2.      Memberi kerangka orientasi untuk analisis dan klasifikasi fakta-fakta
3.      Memberikan kerangka baru
4.      Mengisi kekosingan pengetahuan tentang gejala – gejala yang telah ada atau sedang terjadi
Ilmu-ilmu agama pada segi-seginya yang menyangkut masalah sosial, termasuk bagian yang dapat diteliti, dimatai dengan menggunakan piranti ilmiah atau metodologi ilmiah yang didalamnya mengandung teori yang akan digunakan. Metodologi ilmiah ditentukan oleh objek yang dikaji. Kalau segi-segi tertentu agama, katakanlah Islam itu berada pada fenomena sosial, niscaya metode pengakajian terhadap fenomena itu adalah ilmu-ilmu sosial. Adapun terhadap segi-segi lain yang berpangkal pada postulat – postulat yang lebih bersifat normatif dan dogmatis, sesuai dengan ajaran metode ilmiah yang harus mempertahankan objektivitas berdasarkan konsep-konsep pemikiran logis dan bukti-bukti  empiris. Tentu saja kebenaran agama dalam norma dan dogma mendambakan kebenaran mutlak sedangkan kebenaran ilmiah hanyalah kebenaran nisbi, berdasarkan pada logika dan ketetapan ilmu pengetahuan, Karena itu hakikat pengetahuan yang diperoleh melalui metode ilmu pengetahuan tidak mutlak sifatnya.
Jelasnya untuk mengenal Islam, kita tidak memilih satu pendekatan saja, karena Islam bukanlah berdimensi satu. Islam bukanlah agama yang didasarkan semata-mata pada perasaan-perasaan mistik manusia atau hanya terbatas kepada hubungan antara Tuhan dan manusia. Ini hanya dimensi dari akidah Islam. Untuk mengenal dimensi tertentu ini kita harus beralih kepada metode filsafat, karena hubungan antara manusia dan Tuhan merupakan bagian dari bidan pemikiran (filsafat).


BAB 6
MODEL PENELITIAN FISLASAT ISLAM
Filsafat Islam merupakan salah satu bidang studi Islam yang keberadaannya telah menimbulkan pro dan kontra. Sebagian mereka yang berpi­kiran maju dan bersifat liberal cenderung mau menerima pemikiran filsafat Islam. Sedangkan bagi mereka yang bersifat tradisional yakni berpegangan kepada doktrin ajaran Alquran dan Al-Hadis secara tekstual, cenderung kurang mau menerima filsafat, bahkan menolaknya. Dari kedua kelompok : tersebut nampak bahwa kelompok terakhir masih cukup kuat pengaruhnya di masyarakat dibandingkan dengan kelompok pertama.
Kajian filsafat Islam; dilakukan sebagian mahasiswa pada jurusan tertentu di akhir abad ke 20. Sedangkan pada masyarakat secara umum seperti yang terjadi di kalangan pesantren, pemikiran filsafat masih dianggap terlarang, karena dapat melemahkan iman. Kalaupun di pesantren diajarkan logika, yang pada hakekatnya merupakan ilmu yang mengajarkan cara berpikir filosofis, namun ini tidak diterapkan, melainkan hanya semata-mata sebagai hafalan. Berbagai analisis tentang penyebab kurang diterimanya filsafat di kalangan masyarakat Islam Indonesia pada umumnya adalah karena pengaruh pikiran Al-Ghozali yang dianggapnya sebagai pembunuh pemikiran filsafat. Anggapan ini selanjutnya telah pula dibantah oleh pendapat lain yang mengatakan bahwa penyebabnya bulanlah Al-Ghozali, melainkan sebab-sebab lain yang belum jelas.
Dengan demikian, metede, penelitian yang ditempuh Ahmad Fual Al-Ahwani adalah penelitian kepustakaan, yaitu penelitian yang menggunakan bahan-bahan kepustakaan. Sifat dan coraknya adalah penelitian deskriptif kualitatif, sedangkan pendekatannya adalah pendekatan yang bersifat campuran, yaitu pendekatan historis, pendekatan kawasan dan tokoh. Mulai pendekatan historis, ia mencoba menjelaskan latar belakang timbunya pemikiran filsafah daalam Islam. Sedangkan dengan pendekatan kawasan ia mencoba membagi tokoh-tokoh filosif menurut tempat tinggal meraka dan dengan pendekatan tokoh, ia mencoba mengemukakan berbagai pemikiran filsafat yang sesuai dengan tokoh yang mengemukakannya.


BAB 7
MODEL PENELITIAN SEJARAH ISLAM

Sejarah Islma meruapakan salah satu bidang studi Islam yang banyak menarik perhatian para penelitia baik dari kalangan sarjana muslim maupun non muslim, karen abanyak manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian tersebut. Bagi umat Islam, mempelajari sejarah Islam selain akan memberikan kebanggaan juga sekaligus peringatas agar berhati-hati. Dengan mengetahui bahwa umat islam dalam sejarah pernah mengalami kemajuan dalam segala bidang selama beratus-ratus tahun misalnya, akan memberikan rasa bangga dan percaya diri menjadi orang muslim. Demikian pula dengan mengetahui bahwa umat Islam juga mengalami kemunduran, penjajahan dan keterbelakangan, akan menyadarkan umat Islam untuk memperbaiki keadaan dirinya dan tampil untuk berjuang mencapai kemajuan.
Sementara itu, bagi para peneliti Barat, mempelajari sejarah Islam selain diajukan untuk pengembangan ilmu, juga terkadang dimaksudkan untuk mencari-cari kelemahan dan kekurangan umat Islam agar dapat dijajah dan sebagainya sebagainya. Disadari atau tidak, selama ini informasi mengenai sejarah Islam banyak berasal dari hasil penelitian para sarjana Barat. Hal ini terjadi, karena selain masyarakat Barat memiliki etos kemauan yang tinggi juga didukung oleh dana dan kemauan politik yang kuat dari para pemimpinnya. Sementara .dari kalangan para peneliti Muslim tampak di samping etos keilmuannya rendah, juga belum didukung oleh keahlian di bidang penelitian yang memadai serta dana dan dukungan politik dari pemeintah yang kondusif.
Hasil penelitian tersebut nampaknya berguna sebagai informasi awal untuk melakukan penelitian sejarah yang mengambil pendekadan kawasan. Penelitian tersebut dapat dikategorikan sebagai penelitian literatur yang didukung oleh survei, dan dianalisis dengan pendekatan sejarah dan perbandingan




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah kompetensi guru

Makalah Konsep Dasar Antropologi

tingkat dan jenis profesi dalam dunia pendidikan