Metodologi Studi Islam
RANGKUMAN
METODOLOGI
STUDI ISLAM
“PROF.
Dr. H. ABUDDIN NATA, M.A”
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS MUHAMMADYAH
SIDOARJO
2014
BAB 1
MISI AJARAN
ISLAM
Studi
terhadap misi ajaran islam secara komprehensif dan mendalam sangat di perlukan
karena beberapa sebab sebagai berikut :
1. Untuk
menimbulkan kecintaan manusia terhadap ajaran Islam yang didasarkan kepada
alasan yang sifatnya bukan hanya normatif, yakni karna perintah Allah. Dan
bukan pula karena emosional semata – mata karena didukung oleh argumentasi yang
bersifat rasional, kultural dan aktual. Yaitu argumen yang masuk akal, dapat
dihayati dan dirasakan oleh umat manusia.
2. Untuk
membuktikan kepada umat manusia bahwa islam baik secara normatif maupun secara
kultural dan rasional adalah ajaran yang dapat membawa manusia kepada kehidupan
yang lebih baik.
3. Untuk
menghilangkan citra negatif dari sebagian masyarakat terhadap ajaran Islam.
Terdapat
sejumlah argumentasi yang menyatakan bahwa Islam sebagai pembawa rahmat bagi
seluruh alam. Argumentasi tersebut dikemukakan sebagai berikut :
1. Dilihat
dari pengertian Islam, kata Islam makna aslinya masuk dalam perdamaian, dan
orang Muslim ialah orang yang damai dengan Allah dan damai dengan manusia.
Damai dengan Allah artinya berserah diri sepenuhnya kepada Allah dan damai
dengan manusia berbuat baik kepada sesamanya.
2. Islam
sebagai pembawa rahmat dapat dilihat dari peran Islam dalam menangani berbagai
problematika agama, sosial, ekonomi, politik, hukum, pendidikan, kebudayaan dan
sebagainya.
-
Dalam
bidang sosial, keadaan masyarkat terbagi bagi kedalam
sosial atau kasta yang dibedakan berdasarkan suku bangsa, bahasa, warna kulit,
harta benda, jenis kelamin dan lain sebagainya. Dengan system yang demikian,
maka tidak akan menjadi mobilitas vertikal yang didasarkan pada prestasinya
masing masing.
-
Dalam
bidang ekonomi, ditandai dengan praktik mendapatkan
uang dengan menghalalkan segala cara. Contohnya riba, mengurangi timbangan,
menipu, monopoli, kepitalisme dan sebagainya. Keadaan yang demikian akan
semakin memisahkan jurang perrbedaan antara yang kaya dan yang miskin dan menimbulkan persaingan yang tidak sehat. Secara tidak
sadar manusia menjadi budak harta.
-
Dalam
bidang pendidikan, ditandai oleh keadaan dimana pendidikan
atau pengetahuan hanya milik kaum elit. Rakyat miskin dibiarkan bodoh sehingga
dengan mudah disesatkan akidahnya dan selanjutnya dengan mudah diperbudak.
-
Dalam
bidang kebudayaan, ditandai oleh keadaan masyarakat yang
semata – mata mengikuti hawa nafsu syahwat dan nafsu duniawi. Mereka gemar
melakukan mabuk – mabukan foya – foya, berzina, berjudi dan sebagainya. Mereka
tenggelam dalam dosa dosa maksiat.
Sejak
Islam dilahirkan sudah memiliki komitmen dan respon yang tinggi untuk ikut
terlibat dalam memecahkan berbagai masalah tersebut diatas. Islam bukan hanya
mengajarkan sosial ibadah, namun juga ikut terlibat dalam memberikan jalan
keluar yang terbaik untuk mengatasi berbagai masalah tersebut dengan penuh
bijaksana, adil, demokratis, manusiawi.
Hal – hal demikian dapat dikemukakan sebagai berikut :
-
Dalam
bidang sosial, Islam memperkenalkan ajaran yang bersifat egaliter atau
kesetaraan dan kesederajatan antar manusia. Sama sama sebagi makhluk Allah
dengan segala kelebihan dan kekurangan masing – masing.
-
Dalam
bidang ekonomi, yang bersandikan asas keseimbangandan pemerataan. Dalam ajaran
islam seseorang diperbolehkan mempunyai kekayaan tanpa batas, namun, dalam
jumlah tertentu terdapat milik orang lain yang harus dikeluarkan dalam bentuk
zakat, infaq dan sedekah.
-
Dalam
bidang politik, perintah Allah didalam Al-Quran agar seorang pemerintah atau
pemimpin bersikap adil, bijaksana terhadap rakyat yang dipimpinnya,
mendahulukan kepentingan – kepentingan rakyat, melindungi dan mengayomi rakyat,
memberikan pengayoman dan ketentraman kepada masyarakat.
-
Dalam bidang hukum, didalam Al Quran
surat An-Nisa ayat 58 ayat tersebut memerintah seorang hakim akan selalu adil
dan bijaksana dalam memutuskan perkara.
-
Dalam bidang pendidikan, Islam
mengajarkan belajar dengan sungguh dalam keadaan perang, dan menuntut ilmu
mulai dari buaian hingga ke liang lahat, serta melakukan sepanjang hayat.
Berdasarkan
fakta dan analisis diatas, dapat dikatakan bahwa misi ajara Islam adalah untuk
melindungi hak hak manusia baik jiwa, akal, agama, harta, keturunan dan lainnya
yang terkait. Untuk itu maka Islam sangat nenekankan perlunya penegakan keadaan
diri yang aman, damai, sejeahtera, tentram, saling tolong menolong, toleransi,
adil, bijaksana, terbuka, kederajatan dan kemanusiaan. Dengan ajaran yang
demikian, maka Islam bukanlah agama yang harus ditakuti, apalagi dituduh
sebagai sarang teroris, pembuat kekacauan dan sebagainya.
BAB 2
POSISI ISLAM DIANTARA AGAMA – AGAMA
DI DUNIA
Sebelum
Islam datang ke dunia ini, telah terdapat sejumlah agama yang dianut oleh umat
manusia. Para Ahli Perbandingan Ilmu Agama ( The Comparative Study Of Religion
) membagi agama secara garis besar ke dalam dua bagian. Pertama, kelompok agama
yang diturunkan oleh Tuhan melalui wahyu – wahyunya sebagaimana termaksud dalam
kitab suci Al-Quran. Kedua, kelompok agama yang dihasilkan oleh renungan
mendalam dari tokoh yang membawanya sebagaimana terdokumentasikan dalam kitab
suci yang disusunnya.
Islam
adalah agama yang terakhir di antara agama besar di dunia yang semuanya
merupakan kekuatan raksasa yang menggerakkan revolusi dunia, Selain itu, Islam
bukan saja agama yang terakhir melainkan agama yang melengkapi segala-galanya
dan mencakup sekalian agama yang datang sebelumnya.
Mengenai
posisi Islam terhadap agama-agama yang datang sebelumnya dapat dikemukakan
sebagai berikut :
1. Ciri
khas agama Islam yang paling menonjol yaitu bahwa Islam menyuruh para
pemeluknya agar beriman dan mempercayai bahwa sekian agama besar di dunia yang
datang sebelumnya diturunkan dan diwahyukan oleh Allah.
2. Ciri
khas agama Islam yang memberinya kedudukan istimewa diantara sekian agama.
Selain menjadi agama yang terakhir dan yang meliput semuanya, Islam adalah
pernyataaan kehendak Illahi yang sempurna.
3. Dapat
dilihat dari peran yang dimainkannya. Dalam hubungan ini agama Islam memiliki
tugas besar, yaitu (1), mendatangkan
perdamaian dunia dengan membentuk persaudaraan diantara sekalian agama di dunia
dan (2), menghimpun segala kebenaran
yang termuat dalam agama yang telah ada sebelumnya (3), memperbaiki kesalahan-kesalahan yang diperbuat oleh para
penganut agama sebelumnya yang kemudian dimasukkan ke dalam agamanya itu, (4), mengerjakan kebenaran abadi yang
sebelumnya tak pernah diajarkan, dan yang terakhir ialah memenuhi segala
kebutuhan moral dan rohani bagi umat manusia yang selalu bergerak maju.
4. Dapat
pula dilihat dari adanya unsur pembaruan didalamnya.
5. Dapat
dilihat dari dua sifat yang yang dimiliki oleh ajaran Islam, yaitu akomodatif
dan persuasif.
BAB
3
METODOLOGI
PEMAHAMAN ISLAM
A. STUDI
ISLAM
Dikalangan para ahli masih terdapat
perbedaan disekitar permasalahan apakah studi islam (agama) dapat dimasukkan ke
dalam bidang ilmu pengetahuan, mengingat sifat dan karakteristik antara ilme
pengetahuan dan agama berbeda.
Pada
dataran normativitas studi Islam agaknya masih banyak terbebani oleh misi
kagamaan yang bersifat memihak, romantis, dan apologis, sehingga kadar muatan
analisis, kritis, medodologis, historis, empiris, terutama dalam menelaah
teks-teks atau naskah-naskah keagamaan produk sejarah terdahulu kurang begitu
ditonjolkan, kecuali dalam lingkungan para peneliti tertentu yang masih sangat
terbatas.
Dengan
demikian secara sederhana dapat dekemukakan jawabannya bahwa dilihat dari segi
normatif sebagaimana yang terdapat di dalam Alquran dan hadis, maka Islam lebih
merupakan agama yang tidak dapat diberlakukan kepadanya pradigma ilmu
pengetahuan, yaitu pradigma analisistis, kritis, metodologis, historis, dan
empiris. Sebagai agama, Islam lebih bersifat memihak romantis, apologis, dan
subjektif. sedangkan jika dilihat dari segi historisnya yakni islam dalam arti
yang dipraktikkan oleh manusia serta tumbuh dan berkembang dalam sejarah
kehidupan manusia, maka Islam dapat dikatakan sebagai sebuah disiplin ilmu,
yakni ilmu keislaman atai Islam Studies
Perbedaan dalam melihat Islam yang demikian itu dapat menimbulkan perbedaan dalam
menjelaskan Islam itu sendiri. Ketika islam dilihat dari sudur normatif, Islam
merupakan agama yang di dalamnya berisi ajaran Tuhan dengan urusan akidah dan muamalah
sedangkan ketika Islam dilihat dari sudut historis atau sebagaimana yang
tampak dalam Islam tampil sebagai sebuah disiplin ilmu (Islamic Studies).
B. METODE
MEMAHAMI ISLAM
Dalam buku herjudul Tentang Sosiologi
Islam, karya Ali Syari'ati, dijumpai uraian singkat mengenai metode memahami
yang pada intinya Islam harus dilihat dari berbagai dimensi. Dalam hubungan
ini, ia mengatakan jika kita meninjau Islam dari satu sudut pandangan saja,
maka yang akan terlihat ha-nya satu dimensi saja dari gejalanya yang bersegi
banyak. Mungkin kita berhasil melihatnya secara tepat, namun tidak cukup bila
kita ingin memahaminya secara keseluruhan. Buktinya ialah Alquran sendiri.
Kitab ini memiliki banyak dimensi; sebagiannya telah dipelajari oleh
sarjana-sarjana besar sepanjang sejarah. Satu dimensi, misalnya, mengandung
aspek-aspek linguistik dan sastra Alquran. Para sarjana sastra telah mempelajarinya secara
terperinci. Dimensi lain terdiri atas tema-tema filosofis dan keimanan Alquran
yang menjadi bahan pemikiran hagi para filosof serta para teolog hari ini.
Dimensi alquran lainnya lagi yang belum dikenal ialah dimensi manusiawinya,
yang mengandung persoalan historis, sosiofogis, dan psikologis. Dimensi ini
belum banyak dikenal, karena sosiologi, psikologi ilmu-ilmu manusia memang jauh
lebih muda dibandingkan ilmu-ilmu alam.
Apalagi ilmu sejarah yang merupakan ilmu termuda di dunia. Namun yang
dimaksudkan dengan ilmu sejarah di sini tidaklah identik dengan data historis
ataupun buku-buku sejarah yang tergolong dalam buku-buku tertua yang pernah
ada.
Untuk memahami islam secara benar ini, Nasruddin Razak mengajukan empat cara.
:
1.
Islam
harus dipelajari dari sumbernya yang asli, yaitu Alquran dan Al-Sunnah Rasulullah. Kekeliruan memahami
Islam, karena orang hanya megenalnya dari sebagian ulama dan pemeluknya yang
telah jauh dari bimbingan Alquran dan Al-Sunnah, atau melalui pengenalan dari sumber
– sumber kitab fiqih dan tasawuf yang semangatnya sudah tidak sesuai dengan
perkembangan zaman. Mempelajari Islam dengan cara demikian akan menjadikan
orang tersebut sebagai pemeluk Islam yang sinkretisme, hidup penuh bid’ah dan
khurafat, yakni telah tercampur dengan hal-hal yang tidak Islami, dari ajaran
Islam yang murni.
2.
Islam
harus dipelajari secara integral, tidak dengan cara parsial, artinya dipelajari
secara menyeluruh sebagai satu kesatuan yang bulat tidak secara. sebagian saja.
Memahami Islam secara parsial akan membahayakan, menimbulkan skeptis, bimbang
dan penuh keraguan.
3.
Islam
perlu dipelajar dari kepustakaan yang ditulis oleh para ulama besar.
4. Islam
hendaknya dipelajari dari ketentuan normatif teologis yang ada dalam Alquran,
baru kemudia dihubungkan dengan kenyataan historis, empiris, dan sosiologis
yang ada di masyarakat. Dengan cara demikian dapat diketahui tingkat kesesuaian
atau kesenjangan antara Islam yang berada pada dataran normatif teologis yang
ada dalam Alquran dengan Islam yang ada pada dataran historis, sosiologis, dan
empiris
Memahami Islam dengan cara keempat
sebagaimana disebutkan di atas, akhir-akhir ini sangat diperlukan dalam upaya
menjunjukkan peran sosial dan kemanusiaan dari ajaran Islam itu sendiri.
Dari
uraian tersebut kita melihat bahwa metode yang dapat digunakan. untuk memahami
Islam secara garis besar ada dua macam. Pertama,
metode komparasi, yaitu suatu cara memahami agama dengan membandingkan seluruh
aspek yang ada dalam agama Islam tersebut dengan agama lainnya, dengar. cara
demikian akan dihasilkan pemahaman Islam yang objektif dan utuh Kedua, metode sintesis, vaitu suatu
cara memahami Islam yang memadukan antara metode ilmiah dengan segala cirinya
yang rasional, objektif, kritis, dan seterusnya dengan metode teologis
normatif. Metode ilmiah digunakar. untuk memahami Islam yang tampak dalam kenyataan
historis, empiris, dan sosiologis, sedangkan metode teologis normatif digunakan
untuk memaham: Islam yang terkandung dalam kitab suci. Melalui metode teologis
normatif ini seseorang memulainya dari meyakini Islam sebagai agama yang mutlak
benar.
Hal
ini didasarkan pada alasan, karena agama berasal dari Tuhan dari apa yang
berasal dari Tuhan mutlak benar, maka agamapun mutlak benar Setelah itu
dilanjutkan dengan melihat agama sebagaimana norma ajaran yang berkaitan dengan
berbagai aspek kehidupan manusia yang secara keseluruhan diyakini amat ideal.
Melalui metode teologis normatif yang tergolong tua usianya ini dapat
dihasilkan keyakinan dan kecintaan yang kuat, kokoh, dan militan pada Islam,
sedangkan dengan metode ilmiah yang dinilai sebagai tergolong Muda usianya ini
dapat dihasilkan kemampuan menerapkan Islam yang diyakini dan dicintainya itu
dalam kenyataan hidup serta memberi jawaban terhadap berbagai permasalahan yang
dihadapi manusia.
BAB 4
TELAAH “ KONSTRUKSI
TEORI” PENELITIAN AGAMA
A. PENGERTIAN
"KONSTRUKSI TEORI" PENELITIAN AGAMA
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia,
W.J.S. Poerwadarminta Mengartikan konstruksi adalah cara membuat (menyusun)
bangunan – bangunan (jembatan dan sebagainya); dan dapat pula berarti susunan
dan hubungan kata di kalimat atau di kelompok kata. Sedangkan teori berarti
pendapat yang dikemukakan sebagai suatu keterangan mengenai suatu peristiwa
(kejadian); dan berarti pula asas-asas dan hukum-hukum umum yang dasar suatu
kesenian atau ilmu pengetahuan. Selain
itu, teori dapat pula berarti pendapat, cara-cara, dan aturan-aturan untuk
melakukan sesuatu.
Selanjutnya, dalam ilmu penelitian teori-teori itu pada
hakikatnya merupakan pernyataan mengenai sebab akibat atau mengenai adanya
suatu hubungan positif antara gejala yang diteliti dari satu atau beberapa
faktor tertentu dalam masyarakat, misalnya kita ingin meneliti gejala bunuh
diri. sudah mengetahui tentang teori integrasi atau kohesi sosial dari Emile
Durkheim (seorang ahli sosiologi Perancis kenamaan), yang mengatakan adanya
hubungan positif antara lemah dan kuatnya integrasi sosial dan gejala bunuh
diri dari pengertian – pengertian tersebut, kita dapat memperoleh suatu
kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan Konstruksi
teori adalah susunan atau bangunan dari suatu pendapat, asas-asas atau
hukum – hukum mengenai sesuatu yang antara suatu dan lainnya saling berkaitan,
sehuingga membentuk suatu banunan.
Adapun penelitian berasal dari kata teliti yang artinya
cermat, seksama, pemeriksaan yang dilakukan secara saksama dan teliti, dan
dapat pula berarti penyelidikan, tujuan pokok dari kegiatan penelitian ini
adalah mencari kebenaran-kebenaran objektif yang disimpulkan melalui data-data
yang terkumpul. Kebenaran – kebenaran objektif yang diperoleh tersebut kemudian
digunakan sebagai dasar atau landasan untuk pembaruan, perkembangan atau
perbaikan dalam masalah-masalah teoritis dan praktis bidang-bidang pengetahuan
yang bersangkutan. Dengan demikian, penelitian
mengandung arti upaya menemukan jawaban atas sejumlah masalah berdasarkan
data-data yang terkumpul.
Barikutnya, sampailah kita kepada pengertian agama. R.R.
Maret salah seorang ahli antropologi Inggris, menyatakan bahwa agama adalah
yang paling sulit dari semua perkataan untuk didefinisikan karena agama adalah
menyangkut lebih daripada hanya pikiran, yaitu perasaan dan kemauan juga, dan
dapat memanifestasikan dari menurut segi-segi emosionalnya walaupun idenya
kabur.
Harun
Nasution menyebutkan adanya empat unsur
penting yang terdapat dalam agama, yaitu 1) unsur kekuatan gaib yang dapat mengambil bentuk Dewa, Tuhan, dan
sebagainya 2) unsur keyakinan
manusia bahwa kesejahterahannya di dunia ini dan hidupnya di akhirat nanti amat
tergantung kepada adanya hubungan baik dengan kekuatan gaib yang dimaksud 3) unsur respond yang bersifat
emosional dari manusia yang dapat mengambil bentuk perasaan takut, cinta, dan
sebagainya dan 4) unsur paham adanya
yang kudus (sacred) dan suci yang dapat mengambil bentuk kekuatan gaib.
Dari
definisi-definisi tersebut, Harun Nasution selannjutnya menyebutkan adanya
empat unsur penting yang terdapat dalam agama, yaitu: 1) Unsur kekuatan gaib yang dapat rnengambil bentuk dewa, atau
Tuhan, dan sebagainya 2) Unsur
keyakinan manusia bahwa kesejahteraannya di dunia ini dan hidupnya di akhirat
nanti amat bergantung kepada adanya hubungan baik dengan kekuatan gaib yang
dimaksud 3) Unsur respons yang
bersifat emosional dari manusia yang dapat mengambil bentuk perasaan takut,
cinta dan sebagainya dan 4) Unsur
paham adanya yang kudus (Sacred) dan suci yang dapat mengambil bentuk
kekuatan gaib, kitab yang mengandung ajaran-ajaran agama yang bersangkutan, dan
dalam bentuk tempat-tempat tertentu.
BAB 5
TEORI-TEORI
PENELITIAN AGAMA
Teori adalah alat terpenting suatu
ilmu pengetahuan. Tanpa teori berarti
hanya ada serangkian fakta atau data saja dan tidak ada ilmu pengetahuan.
Teori
itu :
1. Menyimpulkan
generalisasi fakta-fakta
2. Memberi
kerangka orientasi untuk analisis dan klasifikasi fakta-fakta
3. Memberikan
kerangka baru
4. Mengisi
kekosingan pengetahuan tentang gejala – gejala yang telah ada atau sedang
terjadi
Ilmu-ilmu
agama pada segi-seginya yang menyangkut masalah sosial, termasuk bagian yang
dapat diteliti, dimatai dengan menggunakan piranti ilmiah atau metodologi
ilmiah yang didalamnya mengandung teori yang akan digunakan. Metodologi ilmiah
ditentukan oleh objek yang dikaji. Kalau segi-segi tertentu agama, katakanlah
Islam itu berada pada fenomena sosial, niscaya metode pengakajian terhadap
fenomena itu adalah ilmu-ilmu sosial. Adapun terhadap segi-segi lain yang
berpangkal pada postulat – postulat yang lebih bersifat normatif dan dogmatis,
sesuai dengan ajaran metode ilmiah yang harus mempertahankan objektivitas
berdasarkan konsep-konsep pemikiran logis dan bukti-bukti empiris. Tentu saja kebenaran agama dalam
norma dan dogma mendambakan kebenaran mutlak sedangkan kebenaran ilmiah
hanyalah kebenaran nisbi, berdasarkan pada logika dan ketetapan ilmu
pengetahuan, Karena itu hakikat pengetahuan yang diperoleh melalui metode ilmu
pengetahuan tidak mutlak sifatnya.
Jelasnya untuk mengenal Islam, kita tidak memilih satu
pendekatan saja, karena Islam bukanlah berdimensi satu. Islam bukanlah agama
yang didasarkan semata-mata pada perasaan-perasaan mistik manusia atau hanya
terbatas kepada hubungan antara Tuhan dan manusia. Ini hanya dimensi dari
akidah Islam. Untuk mengenal dimensi tertentu ini kita harus beralih kepada
metode filsafat, karena hubungan antara manusia dan Tuhan merupakan bagian dari
bidan pemikiran (filsafat).
BAB 6
MODEL PENELITIAN
FISLASAT ISLAM
Filsafat
Islam merupakan salah satu bidang studi Islam yang keberadaannya telah
menimbulkan pro dan kontra. Sebagian mereka yang berpikiran maju dan bersifat
liberal cenderung mau menerima pemikiran filsafat Islam. Sedangkan bagi mereka
yang bersifat tradisional yakni berpegangan kepada doktrin ajaran Alquran dan
Al-Hadis secara tekstual, cenderung kurang mau menerima filsafat, bahkan
menolaknya. Dari kedua kelompok : tersebut nampak bahwa kelompok terakhir masih
cukup kuat pengaruhnya di masyarakat dibandingkan dengan kelompok pertama.
Kajian
filsafat Islam; dilakukan sebagian mahasiswa pada jurusan tertentu di akhir
abad ke 20. Sedangkan pada masyarakat secara umum seperti yang terjadi di
kalangan pesantren, pemikiran filsafat masih dianggap terlarang, karena dapat
melemahkan iman. Kalaupun di pesantren diajarkan logika, yang pada hakekatnya
merupakan ilmu yang mengajarkan cara berpikir filosofis, namun ini tidak
diterapkan, melainkan hanya semata-mata sebagai hafalan. Berbagai analisis
tentang penyebab kurang diterimanya filsafat di kalangan masyarakat Islam
Indonesia pada umumnya adalah karena pengaruh pikiran Al-Ghozali yang
dianggapnya sebagai pembunuh pemikiran filsafat. Anggapan ini selanjutnya telah
pula dibantah oleh pendapat lain yang mengatakan bahwa penyebabnya bulanlah
Al-Ghozali, melainkan sebab-sebab lain yang belum jelas.
Dengan demikian, metede, penelitian yang
ditempuh Ahmad Fual Al-Ahwani adalah penelitian kepustakaan, yaitu penelitian
yang menggunakan bahan-bahan kepustakaan. Sifat dan coraknya adalah penelitian
deskriptif kualitatif, sedangkan pendekatannya adalah pendekatan yang bersifat
campuran, yaitu pendekatan historis, pendekatan kawasan dan tokoh. Mulai pendekatan historis, ia mencoba menjelaskan latar
belakang timbunya pemikiran filsafah daalam Islam. Sedangkan dengan pendekatan
kawasan ia mencoba membagi tokoh-tokoh filosif menurut tempat tinggal meraka
dan dengan pendekatan tokoh, ia mencoba mengemukakan berbagai pemikiran
filsafat yang sesuai dengan tokoh yang mengemukakannya.
BAB 7
MODEL PENELITIAN
SEJARAH ISLAM
Sejarah
Islma meruapakan salah satu bidang studi Islam yang banyak menarik perhatian
para penelitia baik dari kalangan sarjana muslim maupun non muslim, karen
abanyak manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian tersebut. Bagi umat Islam,
mempelajari sejarah Islam selain akan memberikan kebanggaan juga sekaligus
peringatas agar berhati-hati. Dengan mengetahui bahwa umat islam dalam sejarah
pernah mengalami kemajuan dalam segala bidang selama beratus-ratus tahun
misalnya, akan memberikan rasa bangga dan percaya diri menjadi orang muslim.
Demikian pula dengan mengetahui bahwa umat Islam juga mengalami kemunduran,
penjajahan dan keterbelakangan, akan menyadarkan umat Islam untuk memperbaiki
keadaan dirinya dan tampil untuk berjuang mencapai kemajuan.
Sementara itu, bagi para peneliti Barat,
mempelajari sejarah Islam selain diajukan untuk pengembangan ilmu, juga
terkadang dimaksudkan untuk mencari-cari kelemahan dan kekurangan umat Islam
agar dapat dijajah dan sebagainya sebagainya. Disadari atau tidak, selama ini informasi mengenai
sejarah Islam banyak berasal dari hasil penelitian para sarjana Barat. Hal ini
terjadi, karena selain masyarakat Barat memiliki etos kemauan yang tinggi juga
didukung oleh dana dan kemauan politik yang kuat dari para pemimpinnya.
Sementara .dari kalangan para peneliti Muslim tampak di samping etos
keilmuannya rendah, juga belum didukung oleh keahlian di bidang penelitian yang
memadai serta dana dan dukungan politik dari pemeintah yang kondusif.
Hasil penelitian
tersebut nampaknya berguna sebagai informasi awal untuk melakukan penelitian
sejarah yang mengambil pendekadan kawasan. Penelitian tersebut
dapat dikategorikan sebagai penelitian literatur yang didukung oleh survei, dan
dianalisis dengan pendekatan sejarah dan perbandingan
Komentar
Posting Komentar