Hakikat Manusia Menjadi Khalifah
PERSPEKTIF AL-QUR’AN TENTANG
HAKIKAT MANUSIA SEBAGAI KHALIFAH
PENGARANG:RACHMAT NOOR
Makalah ini di buat untuk
memenuhi tugas
AL-ISLAM KEMUHAMMADIYAAN
yang di bina oleh :
Ibu.SRI

NAMA KELOMPOK:
1.
HIKMATUL HIDAYAH
2.
NAILUL IZZATI
3.
UMROTUN CHASANAH
4.
AJENG PUTRI
HARDIYANTI
5.
AJENG DARMALA
6.
DUWIK SAFITRI
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat,
hidayat, dan anugerah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas makalah ini dengan tepat waktu dan benar.
Selain untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah AL-ISLAM
KEMUHAMMADIYAAN, tujuan penulis membuat makalah ini adalah untuk menjelaskan
tentang PERSPEKTIF AL QUR’AN TENTANG HAKIKAT MANUSIA SEBAGAI KHALIFAH
Penulis
ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada orangtua penulis masing-masing
atas bantuan dan dukungannya dalam mengerjakan makalah ini.Terima kasih juga
kepada rekan-rekan lainnya yang tak mungkin penulis ucapkan satu per satu
karena telah menghibur dan membangkitkan semangat penulis dalam menyelesaikan
makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan
imbalan yang setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat
menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.
Tim
Penulis
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kehadiran manusia tidak terlepas dari asal usul kehidupan di
alam semesta.Manusia hakihatnya adalah makhluk ciptaan Allah SWT.Pada diri
manusia terdapat perpaduan antara sifat ketuhanan dan sifat kemakhlukan.Dalam
pandangan Islam, sebagai makhluk ciptaan Allah SWT manusia memiliki tugas
tertentu dalam menjalankan kehidupannya di dunia ini.Untuk menjalankan tugasnya
manusia dikaruniakan akal dan pikiran oleh Allah SWT. Akal dan
pikiran tersebut yang akan menuntun manusia dalam menjalankan perannya. Dalam
hidup di dunia, manusia diberi tugas kekhalifaan, yaitu tugas kepemimpinan,
wakil Allah di muka bumi, serta pengelolaan dan pemeliharaan alam.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan
latar belakang di atas timbul beberapa masalah, diantaranya:
1. Apa pengertian manusia dalam
islam?
2. Bagaimana penciptaan manusia dalam
islam?
3.
Apa persamaan dan perbedaan manusia
dengan makhluk lain?
4. Apakah tujuan penciptaan manusia?
5. Apa fungsi dan peranan manusia dalam
islam?
1.3 TUJUAN
Berdasarkan
rumusan masalah di atas, tujuan dari topic ini adalah:
1. Menjelaskan perbedaan pandangan
Al-quran dengan pendapat ulama islam tentang konsep manusia.
2. Memahami tujuan penciptaan manusia.
3.
Menjelaskan hakikat manusia menurut
pandangan islam.
1.4
METODE PENULISAN
Penulis memakai metode studi literatur
dan kepustakaan dalam penulisan makalah ini. Referensi makalah ini bersumber
tidak hanya dari buku, tetapi juga dari media media lain seperti perangkat
media massa yang diambil dari internet.
1.5
SISTEMATIKA PENULISAN
Makalah ini disusun menjadi tiga bab, yaitu bab pendahuluan,
bab pembahasan, dan bab penutup. Adapun bab pendahuluan terbagi atas :
latar belakang, rumusan makalah, tujuan, metode penulisan, dan sistematika
penulisan. Bab
pembahasan berisi tentang perincian dari rumusan masalah.Bab penutup berisi
kesimpulan.
BAB
2
PEMBAHASAN
HAKIKAT
MANUSIA MENURUT ISLAM
Sesungguhnya
manusia diciptakan oleh Allah SWT adalah makhluk paling sempurna dibandingkan
dengan makhluk yang lainya, termasuk diantaranya Malaikat, Jin, Iblis,
Binatang, dan lain-lainnya.
2.1 Pengertian
manusia menurut para ahli
- NICOLAUS D. & A. SUDIARJA
Manusia adalah
bhineka, tetapi tunggal. Bhineka karena ia adalah jasmani dan rohani akan
tetapi tunggal karena jasmani dan rohani merupakan satu barang
- ABINENO J. I
Manusia adalah “tubuh yang berjiwa”
dan bukan “jiwa abadi yang berada atau yang terbungkus dalam tubuh yang fana”
- UPANISADS
Manusia adalah kombinasi dari
unsur-unsur roh (atman), jiwa, pikiran, dan prana ataubadan fisik
- I WAYAN WATRA
Manusia adalah mahluk yang dinamis
dengan trias dinamikanya, yaitu cipta, rasa dan karsa
- OMAR MOHAMMAD AL-TOUMY AL-SYAIBANY
Manusia adalah mahluk yang paling
mulia, manusia adalah mahluk yang berfikir, dan manusia adalah mahluk yang
memiliki 3 dimensi (badan, akal, dan ruh), manusia dalam pertumbuhannya
dipengaruhi faktor keturunan dan lingkungan.
- ERBE SENTANU
Manusia adalah mahluk sebaik-baiknya
ciptaan-Nya. Bahkan bisa dikatakan bahwa manusia adalah ciptaan Tuhan yang
paling sempurna dibandingkan dengan mahluk yang lain
- PAULA J. C & JANET W. K
Manusia adalah mahluk terbuka, bebas
memilih makna dalam situasi, mengemban tanggung jawab atas keputusan yang hidup
secara kontinu serta turut menyusun pola berhubungan dan unggul multidimensi
dengan berbagai kemungkinanan.
Pengertian
manusia menurut agama islam
Dalam Al-Quran manusia dipanggil dengan beberapa istilah,
antara lain al-insaan, al-naas, al-abd, dan bani adam dan sebagainya. Al-insaan
berarti suka, senang, jinak, ramah, atau makhluk yang sering lupa.Al-naas
berarti manusia (jama’).Al-abd berarti manusia sebagai hamba Allah. Bani adam
berarti anak-anak Adam karena berasal dari keturunan nabi Adam.
Namun
dalam Al-Quran dan Al-Sunnah disebutkan bahwa manusia adalah makhluk yang
paling mulia dan memiliki berbagai potensi serta memperoleh petunjuk kebenaran
dalam menjalani kehidupan di dunia dan akhirat.
Allah selaku pencipta alam semesta dan manusia telah
memberikan informasi lewat wahyu Al-quran dan realita faktual yang tampak pada
diri manusia. Informasi itu diberi- Nya melalui ayat-ayat tersebar tidak
bertumpuk pada satu ayat atau satu surat. Hal ini
dilakukan-Nya agar manusia berusaha mencari, meneliti,memikirkan, dan
menganalisanya. Tidak menerima mentah demikian saja. Untuk mampu memutuskannya,
diperlukan suatu peneliti Alquran dan sunnah rasul secara analitis dan
mendalam. Kemudian dilanjutkan dengan melakukan penelitian laboratorium sebagai
perbandingan, untuk merumuskan mana yang benar bersumber dari konsep awal dari
Allah dan mana yang telah mendapat pengaruh lingkungan.
Hasil peneliti Alquran yang telah dilakukan, dapat
ditarik kesimpuannya bahwa manusia terdiri dari unsur-unsur: jasad, ruh,
nafs, qalb, fikr, dan aqal.
A. Jasad
Jasad
merupakan bentuk lahiriah manusia, yang dalam Alquran dinyatakan diciptakan
dari tanah. Penciptaan dari tanah diungkapkan lebih lanjut melalui proses yang
dimulai dari sari pati makanan, disimpan dalam tubuh sampai sebagiannya menjadi
sperma atau ovum (sel telur), yang keluar dari tulang sulbi (laki-laki) dan
tulang depan (saraib) perempuan (a-Thariq: 5-7). Sperma dan ovum bersatu dan
tergantung dalam rahim kandungan seorang ibu (alaqah), kemudian menjadi yang
dililiti daging dan kenpmudian diisi tulang dan dibalut lagi dengan daging.
Setelahnia berumur 9 (sembilan) bulan, ia lahir ke bumi dengan dorongan suatu
kekuatan ruh ibu, menjadikan ia seorang anak manusia.
Meskipun wujudnya suatu jasad yang berasal dari sari pati
makanan, nilai-nilai kejiwaan untuk terbentuknya jasad ini harus diperhatikan.
Untuk dapat mewujudkan sperma dan ovum berkualitas tinggi, baik dari segi
materinya maupun nilainya, Alquran mengharapkan agar umat manusia selalu
memakan makanan yang halalan thayyiban (Surat Al-baqarah: 168, Surat Al-maidah
88, dan surat Al-anfal 69). Halal bermakna suci dan berkualitas dari segi nilai
Allah.Sedangkan kata thayyiban bermakna bermutu dan berkualitas dari segi
materinya.
B. Ruh
Ruh adalah
daya (sejenis makhluk/ciptaan) yang ditiupkan Allah kepada janin dalam
kandungan (Surat Al-Hijr 29, Surat As-Sajadah 9, dan surat Shaad 27) ketika
janin berumur 4 bulan 10 hari. Walaupun dalam istilah bahasa dikenal adanya
istilah ruhani, kata ini lebih mengarah pada aspek kejiwaan, yang dalam istilah
Al-Qur’an disebut nafs.
Dalam diri manusia, ruh berfungsi untuk
:
1. Membawa
dan menerima wahyu (Surat As-Syuara 193)
2.
Menguatkan iman (Surat Al-Mujadalah 22)
Dari ayat
ini dapat dipahami bahwa manusia pada dasarnya sudah siap menerima beban
perintah-perintah Allah dan sebagai orang yang dibekali dengan ruh, seharusnya
ia elalu meningkatkan keimanannya terhadap Allah. Hal itu berarti mereka yang
tidak ada usaha untuk menganalisa wahyu Allah serta tidak pula ada usaha untuk
menguatkan keimanannya setiap saat berarti dia mengkhianati ruh yang ada dalam
dirinya.
C.Nafs
Para ahli menyatakan manusia itu pasti akan mati. Tetapi
Al-Qur’an menginformasikan bahwa yang mati itu nafsnya. Hal ini diungkapkan
pada Surat Al-Anbiya ayat 35 dan Surat Al-Ankabut ayat 57, Surat Ali-Imran ayat
185. Hadist menginformasikan bahwa ruh manusia menuju alam barzah sementara jasad
mengalami proses pembusukan, menjelang ia bersenyawa kembali secara sempurna
dengan tanah.
Alquran menjelaskan bahwa, nafs terdiri dari 3 jenis:
1. Nafs
Al-amarah (Surat Yusuf ayat 53), ayat ini secara tegas memberikan pengertian
bahwa nafs amarah itu mendorong ke arah kejahatan.
2. Nafs
Al-lawwamah (Surat Al-Qiyamah ayat 1-3 dan ayat 20-21) dari penjelasan ayat
tersebut terlihat bahwa yang dimaksud dengan nafs lawwamah ini adalah jiwa yang
condong kepada dunia dan tak acuh dengan akhirat.
3. Nafs
Al-Muthmainnah (Surat Al-Fajr ayat 27-30). Nafs muthmainnah ini adalah jiwa
yang mengarah ke jalan Allah untuk mencari ketenangan dan kesenangan sehingga
hidup berbahagia bersama Allah.
2.2
Penciptaan manusia
Hal ini merupakan prinsip pertama dari perkembangan yang
dapat dipahami dalam al-quran, ketika menyatakan bahwa allah maha pencipta. Dengan kata
lain, kehidupan manusia memiliki pola dalam tahapan-tahapan tertentu yang
termasuk tahapan dari perubahan samapi kematian.
(Q.S Nuh 13-14) menyatakan bahwa manusia diciptakan dan
ditentukan untuk perkembangan dalam tahapan.Ayat ini dalam pengertian bahwa
manusia diciptakan dari nutfah (tetesan), kemudian diubah menjadi alaqah
(segumpal pendarahan), kemudian menjadi mudhgah (segumpal darah), dan
seterusnya.
(Q.S al-insyqaq 19) dalam pengertian surat ini bahwa
manusia tumbuh dari satu keadaan lain sedemikian rupa, menjadi kanak-kanak
setelah bayi, menjadi tua setelah muda dan kuat.
Dalam
surat al’mu’minun ayat 12-15Allah S.W.T berfirman ;
Artinya :
12. Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari
suatu saripati (berasal) dari tanah.13. Kemudian kami jadikan saripati itu air
mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).14. Kemudian air mani itu
kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal
daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang
belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang
(berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.15.
Kemudian, sesudah itu, Sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati.(QS.
Al- Mu’minuun 23 : 12-15). “
Dari ayat diatas ini diketahui bahwa perkembangan embrio
terjadi secara bertahap. Tahapan-tahapan yang digambarkan dua
ayat ini sama persis dengan temuan ilmu pengetahuan modern. Secara global,
pentahapan itu dapat dijelaskan sebagai berikut :
Sel telur yang belum dibuahi diproduksi oleh organ wanita
dan diletakan pada semacam tabung yang disebut fallopian. Saat
bersenggama, akan ada satu sperma laki-laki yang membuahi sel telur. Sel telur yang dibuahi akan bergerak
ke rahim (uterus)dan menempel pada dinding rahim.
Ketika
menempel di dinding rahim, embrio akan berkembang sekitar 3 bulan.Setelah itu,
terjadi perkembangan janin selama kurang lebih 6 bulan pada masa persalinan.
Dalam
surat assajadah ayat 7-9 yang berbunyi:
الَّذِي
أَحْسَنَ كُلَّ شَيْءٍ خَلَقَهُ ۖ وَبَدَأَ خَلْقَ الْإِنسَانِ مِن
طِينٍ ﴿٧﴾ ثُمَّ جَعَلَ نَسْلَهُ مِن سُلَالَةٍ مِّن مَّاءٍ مَّهِينٍ ﴿٨﴾ ثُمَّ
سَوَّاهُ وَنَفَخَ فِيهِ مِن رُّوحِهِ ۖ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ
وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ۚ قَلِيلًا مَّا تَشْكُرُونَ ﴿٩﴾
Artinya
: Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai
penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya
dari saripati air yang hina (air mani). Kemudian Dia menyempurnakan dan
meniupkan ke dalam (tubuh)nya roh (ciptaan) -Nya dan Dia menjadikan bagi kamu
pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.(Q.S
assajadah 7-9)
Dari ayat al-quran diatas, dapatlah
ditarik kesimpulan bahwa manusia diciptakan oleh Allah dari tanah. Tanah yang
diinjak-injak sehari-hari, tanah yang dijadikan tempat bercocok tanam,tanah
yang kering dan yang basah, tanah yang dijadikan tempat hidup bagi
cacing-cacing, tanah yang dijadikan sebagai bahan baku membuat genting,bata
merah untuk membuat bangunan tempat tinggal, itulah bahan baku untuk kejadian
seorang anak manusian dan tiap-tiap manusia tanpa terkecuali. Di mulai dari apa
yang dimakan sehari-hari, misalnya nasi,gandum,jagung,sayur-mayur dan
buah-buahan hingga daging, segala makanan yang dikonsumsi manusia itu tumbuh
dan mengambil sari makanan dari tanah.
Di dalam segala makanan itu ada segala macam saringan
yang ditakdirkan Allah atas alam.Di dalam makanan itu terdapat protein,
karbohidrat, zat besi, berbagai macam vitamin dan zat-zat lain yang memang
sangat diperlukan bagi keperluan tubuh manusia.Sehingga dengan makanan itu
segala kebutuhan tubuh dapat tercukupi, makanan masuk ke dalam sisitem
pencernaan, kemudian makanan ini menjadi dua bagian, yaitu sari makanan dan
sisa makanan yang akhirnya dibuang oleh tubuh. Sedangkan sari makanan tadi
diproses lebih lanjut sehingga sebagian menjadi darah, hormon, air susu, lemak
dan lain-lainnya termasuk air mani( bagi laki-laki) yang tersimpan dalam tulang
sulbi dan ovum ( sel telur) bagi perempuan yang tersimpan dalam tulang
dada. Dan dengan kehendak Allah maka pria dan wanita pun diciptakan untuk
berpasang-pasangan karena dengan perpaduan gender mereka terciptalah suatu
nutfah, sebagaimana dijelaskan oleh Allah S.W.T dalam firmannya :
(45)وَأَنَّهُ خَلَقَ الزَّوْجَيْنِ الذَّكَرَ وَالْأُنْثَى
(46)مِنْ نُطْفَةٍ إِذَا تُمْنَى
Artinya : dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan
pria dan wanita. dari air mani, apabila dipancarkan (Q.S an-najm ayat
45-46)
Dan kehendak ilahi berpadulah satu
dengan zat mani pada perempuan yang merupakan telur yang sangat kecil.
Perpaduan keduanya itulah yang dinamakan nutfah, kian lama kian
besarlah nutfah itu, dalam empat puluh hari.
Dan dalam masa 40 hari mani yang telah berpadu, berangsur
menjadi darah segumpal. Untuk melihat contoh peralihan berangsur kejadian itu,
dapatlah kita memecahkan telur ayam yang sedang dierami induknya.Tempatnya aman
dan terjamin, panas seimbang dengan dingin, di dalam rahim bunda kandung,
itulah “qararin makin”, tempat yang terjamin dan terpelihara.
Lepas
40 hari dalam bentuk segumpal air mani berpadu dan bertukar rupa menjadi
segumpal darah. Ketika ibu telah hamil setengah bukan. Penggeligaan itu sangat
berpengaruh atas badan si ibu,pendingin,pemarah, berubah-ubah perangai,
kadang-kadang tak enak makan. Dan setelah 40 hari berubah darah, dia berangsur
membeku terus hingga jadi segumpal daging, membeku terus hingga berubah
sifatnya menjadi tulang.Dikelilingi tulang itu masih ada persendian air yang
kelaknya menjadi daging untuk menyelimuti tulang-tulang itu.
Mulanya
hanya sekumpulan tulang, tetapi kian hari telah ada bentuk kepala, kaki dan
tangan dan seluruh tulang-tulang dalam badan.Kian lama kian diselimuti oleh
daging.Pada saat itu dianugrahkan kepadanya” ruh”, makanya bernafaslah dia.
Dengan dihembuskan nafas pada sekumpulan tulang dan daging itu, berubahlah
sifatnya. Itulah calon yang akan menjadi manusia. (Dudung Abdullah ; 1994 :3).
Dalam
surat al-Hijr ayat 28-29 dijelaskan bahwa:
وَإِذْ
قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي خَالِقٌ بَشَرًا مِّن صَلْصَالٍ مِّنْ
حَمَإٍ مَّسْنُونٍ ﴿٢٨﴾
فَإِذَا
سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِن رُّوحِي فَقَعُوا لَهُ سَاجِدِينَ ﴿٢٩﴾
Artinya : Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:
“Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang
berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka apabila Aku telah
menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan) Ku,
maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud . (al-hijr(15);28-29).
Tentang ruh (ciptaan-Nya) yang ditiupkan ke dalam rahim
wanita yang mengandung embrio yang terbentuk dari saripati (zat) tanah itu,
hanya sedikit pengetahuan manusia, sedikitnya juga keterangan tentang makhluk
ghaib itu diberikan tuhan dalam.Al-quran.“Dan (ingatlah), ketika tuhanmu
berfirman kepada para malaikat, “sesungguhnya aku akan menciptakan seorang
manusia dari tenah liat kering yang berasal dari lumpur hitam yang diberi
bentuk. Maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud (al-hajr(15);28-29). Yang
dimaksud”dengan bersujud” dalam ayat ini bukanlah menyembah, tetapi memberi
penghormatan.
Alquran
tidak member penjelasan tentang sifat ruh. Tidak pula ada larangan di dalam
al-quran intuk menyelidiki ruh yang gaib, sebab penyelikikan tentang ruh,
mungkin berguna, mungkin pula tidak berguna, dalam hubungan dengan masalah ruh
ini tuhan berfirman dalam surat al-isra:85
وَيَسْأَلُونَكَ
عَنِ الرُّوحِ ۖ قُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا أُوتِيتُم
مِّنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا ﴿٨٥﴾
Artinya
: Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah:
“Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan
melainkan sedikit” (Q.S. Al-Isra:85).
Ayat-ayat diatas menunjukan bahwa manusia tumbuh dan
berkembang mengikuti tahapan tertentu.Jika analisis, al-quran dan hadits secara
umum membagi kehidupan manusia pertumbuhan dan perkebangan di dunia menjadi dua
katagori besar, kelahiran dan pasca kelahiran.Al-quran juga menyatakan,
sebagimana petikan (Q.S Al-hajj 5) bahwa periode perkelahiran telah ditentukan
(biasanya 9 bulan dalam keadaan normal).Namun Al-quran juga menyebutkan bahwa
ada kasus-kasus pengecualian dimana periode prakelahiran dihentikan, sebelum
atau setelah waktu yang normal.
2.3 Persamaan
dan perbedaan manusia dengan makluk lain
Manusia tidak berbeda dengan binatang dalam kaitan dengan
fugsi tubuh dan fisiologisnya.Fungsi kebinatangan di temukan oleh naluri,
pola-pola tingkah laku yang khas, yang pada gilirannya ditentukan oleh struktur
susunan syaraf bawaan.Semakin tinggi tingkat perkembangan binatang, semakin
fleksibel pola tindakannya.Pada primata (bangsa monyet) yang lebih tinggi dapat
di temukan intelegensi, yaitu penggunaan pikiran guna mencapai tujuan yang
diinginkan, sehinnag memungkinkan binatang melampaui pola kelakuan yang telah
di gariskan secara naluri. Namun setinggi-tingginya perkembangan binatang,
elemen-elemen dasar ekstensinya yang tertentu masih tetap sama.
Manusia pada hakikatnya sama saja
dengan makhluk hidup lainnya, yaitu memiliki hasrat dan tujuan. Ia berjuang
untuk meraih tujuannya dengan di dukung oleh pengetahuan dan kesadaran.
Perbedaan di antara keduanya terletak pada dimensi pengtahuan, kesadaran, dan
tingkat tujuan. Di
sinilah letak kelebihan dan keunggulan yang di banding dengan makhluk lain.
Manusia
sebagai salah satu makhluk yang hidup di muka bumi merupakan makhluk yang
memiliki karakter yang paling unik.Manusia secara fisik tidak begitu berbeda
dengan binatang, sehingga para pemikir menyamakan dengan binatang. Letak
perbedaan yang paling utama antara manusia dengan makhluk yang lain adalah
dalam kemampuannya melahirkan kebudayaan. Kebudayaan hanya manusia saja yang
memilikinya, sedangkan binatang hanya memiliki kebiasaan-kebiasaan yang
bersifat instinctif.
Di banding makhluk lainnya, manusia mempunyai
kelebihan.Kelebihan itu membedakan manusia dengan makhluk lainnya.Kelebihan
menusia adalah kemampuan untuk bergerak di darat, di laut maupun di udara.Sedan
binatang hanya mampu bergerak di ruang yang terbatas.Walaupun ada binatang yang
dapat hidup di darat dan di air, namun tetap saja mempunyai kterbatasan dan
tidak bisa melampaui manusia. Mengenai kelebihan manusia atau makhluk
lain di i surat al-Isra ayat 70.
Di samping itu manusia memiliki akal
dan hati sehingga dapat memahami ilmu yang diturunkan Allah, berupa
al-Quran.Dengan ilmu manusia mampu berbudaya.Allah menciptakan manusia dalam
keadaan sebaik-baiknya.Oleh karena itu ilmunya manusia di lebihkan dari makhluk
lainnya.
Manusian memiliki karakter yang khas,
bahkan di bandingkan makhluk lain yang paling mirip sekalipun.Kekhasan inilah
yang menurut al-Quran menyebabkan adanya konsekuensi kemanusiaan di antaranya
kesadaran, tanggung jawab, dan pembalasan. Diantara karakteristik manusia adalah:
1. Aspek kreasi
Apapun yang ada pada tubuh manusia sudah di rakit dalam
suatu tatanan yang terbaik dan sempurna. Hal ini bisa di bandingkan dengan
makhluk lain dalam aspek penciptaannya. Mungkin banyak kesamaannya, tetapi
tangan manusia lebih fungsional dari tangan sinpanse, demikian pula organ-organ
lainnya.
2.
Aspek ilmu
Hanya manusia yang punya kesempatan memahami lebih jauh
hakekat alam semesta di sekelilingnya.Pengatahuan hewan hanya berbatas pasa
naluri dasar yang tidak bisa di kembangkan melalui pendidikan dan
pengajaran.Manusia menciptakan kebudayaan dan peradaban yang terus berkembang.
3.
Aspek kehendak
Manusia memiliki kehendak yang
menyebabkan bisa mengadakan pilihan dalam hidup. Makhluk lain hidup dalam suatu
pola yang telah baku dan tak akan pernah berubah. Para malaikat yang mulia tak
akan pernah menjadi makhluk yang sombong atau maksiat.
4.
Pengarahan akhlak
Manusia adalah makhluk yang dapat di bentuk akhlaknya.Ada
manusia yang sebelulmnya baik, tetapi karena pengaruh lingkungan tertentu dapat
menjadi penjahat.Demikian pula sebaliknya. Oleh karena itu
lembaga pendidikan diperlukan untuk mengarahkan kehidupan generasi yang akan
datang.
Jika manusia hidup dengan ilmu selain
ilmu Allah, maka manusia tidak bermartabat lagi.Dalam keadaan demikian manusia
disamakan dengan binatang. Seperti
dalam surat al- Araaf, 129 dan at-Tin, 4.
2.4
Tujuan penciptaan manusia
Tujuan penciptaan manusia adalah untuk
penyembahan Allah. Pengertian penyembahan kepada Allah tidak boleh diartikan
secara sempit, dengan hanya membayangkan aspek ritual yang tercermin salam
solat saja. Penyembahan berarti ketundukan manusia pada hukum Allah dalam
menjalankan kehidupan di muka bumi, baik ibadah ritual yang menyangkut hubungan
vertical (manusia dengan Tuhan) maupun ibadah sosial yang menyangkut horizontal
( manusia dengan alam semesta dan manusia).
Penyembahan manusia pada Allah lebih
mencerminkan kebutuhan manusia terhadap terwujudnya sebuah kehidupan dengan
tatanan yang adil dan baik.Oleh karena itu penyembahan harus dilakukan secara
sukarela, karena Allah tidak membutuhkan sedikitpun pada manusia termasuk pada
ritual-ritual penyembahannya. Dalam
hal ini Allah berfirman:
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan
supaya mereka menyambah-Ku. Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka
dan aku tidak menghendaki supaya mereka member aku makan. Sesungguhnya
Allah, Dialah maha pemberi Rezeki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.
(az-Zaariyaat, 51:56-58).
Dan mereka telah di perintahkan kecuali supaya mereka menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus dan
supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat dan degnan dekimikian
itulah agama yang lurus. (Bayinnah, 98:5)
Penyembahan
yang sempurna dari seseorang manusia akan menjadikan dirinya sebagai
khalifah Allah di muka bumi dalam mengelola kehidupan alam semesta.
Keseimbangan alam dapat terjaga dengan hukum-hukum alam yang kokoh.
Keseimbangan pada kehidupan manusia tidak sekedar akan menghancurkan
bagian-bagian alam semesta yang lain, inilah tujuan penciptaan manusia di
tengah-tengah alam.
2.5 Fungsi
dan peranan manusia dalam islam
Berpedoman kepada QS Al Baqoroh 30-36, maka peran yang
dilakukan adalah sebagai pelaku ajaran Allah dan sekaligus pelopor dalam
membudayakan ajaran Allah. Untuk menjadi pelaku ajaran Allah, apalagi menjadi
pelopor pembudayaan ajaran Allah, seseorang dituntut memulai dari diri dan
keluarganya, baru setelah itu kepada orang lain.
Peran
yang hendaknya dilakukan seorang khalifah sebagaimana yang telah ditetapkan
Allah, diantaranya adalah :
1. Belajar (surat An naml : 15-16 dan
Al Mukmin :54) ; Belajar yang dinyatakan pada ayat pertama surat al Alaq adalah
mempelajari ilmu Allah yaitu Al Qur’an.
2. Mengajarkan ilmu (al Baqoroh :
31-39) ; Khalifah yang telah diajarkan ilmu Allah maka wajib untuk
mengajarkannya kepada manusia lain.Yang dimaksud dengan ilmu Allah adalah Al
Quran dan juga Al Bayan.
3. Membudayakan ilmu (al Mukmin : 35 ) ; Ilmu
yang telah diketahui bukan hanya untuk disampaikan kepada orang lain melainkan
dipergunakan untuk dirinya sendiri dahulu agar membudaya. Seperti apa yang
telah dicontohkan oleh Nabi SAW.
Di dalam Al Qur’an disebutkan fungsi
dan peranan yang diberikan Allah kepada manusia.
1. Menjadi abdi Allah. Secara sederhana
hal ini berarti hanya bersedia mengabdi kepada Allah dan tidak mau mengabdi
kepada selain Allah termasuk tidak mengabdi kepada nafsu dan syahwat.Yang
dimaksud dengan abdi adalah makhluk yang mau melaksanakan apapun perintah Allah
meski terdapat resiko besar di dalam perintah Allah. Abdi juga tidak akan
pernah membangkang terhadap Allah. Hal ini tercantum dalam QS Az Dzariyat :
56“Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu”
2. Menjadi saksi Allah. Sebelum lahir
ke dunia ini, manusia bersaksi kepada Allah bahwa hanya Dialah Tuhannya.Yang
demikian dilakukan agar mereka tidak ingkar di hari akhir nanti.Sehingga
manusia sesuai fitrahnya adalah beriman kepada Allah tapi orang tuanya yang
menjadikan manusia sebagai Nasrani atau beragama selain Islam. Hal ini tercantum
dalam QS Al A’raf : 172.
3. “Dan (ingatlah), keturunan anak-anak
Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka
(seraya berfirman):”Bukankah Aku ini Tuhanmu?”. Mereka menjawab:”Betul (Engkau
Tuhan Kami),kami menjadi saksi”.(Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari
kiamat kamu tidak mengatakan:”Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang
yang lengah terhadap ini(keesaan Tuhan)”.
4. Khalifah Allah sebenarnya adalah
perwakilan Allah untuk berbuat sesuai dengan misi yang telah ditentukan Allah
sebelum manusia dilahirkan yaitu untuk memakmurkan bumi. Khalifah yang dimaksud
Allah bukanlah suatu jabatan sebagai Raja atau Presiden tetapi yang dimaksud
sebagai kholifah di sini adalah seorang pemimpin Islam yang mampu memakmurkan
alam dengan syariah-syariah yang telah diajarkan Rosulullah kepada umat
manusia.Dan manusia yang beriman sejatilah yang mampu memikul tanggung jawab
ini.Karena kholifah adalah wali Allah yang mempusakai dunia ini.
Tanggung
jawab manusia sebagai Hamba Allah
Kewajiban manusia kepada khaliknya
adalah bagian dari rangkaian hak dan kewajiban manusia dalam hidupnya sebagai
suatu wujud dan yang maujud.Didalam hidupnya manusia tidak lepas dari adanya
hubungan dan ketergantungan.Adanya hubungan ini menyebabkan adanya hak dan
kewajiban. Hubungan manusia dengan allah adalah hubungan makhluk dengan
khaliknya. Dalam masalah ketergantungan, hidup manusia selalu mempunyai
ketergantungan kepada yang lain. Dan tumpuan serta ketergantungan adalah
ketergantungan kepada yang maha kuasa, yang maha perkasa, yang maha bijaksana,
yang maha sempurna, ialah allah rabbul’alamin, Allah Tuhan yang Maha Esa.
Kebahagian manusia di dunia dan
akhirat, tergantung kepada izin dan ridho allah. Dan untuk itu Allah memberikan
ketentuan-ketentuan agar manusia dapat mencapainya. Maka untuk mencapainya
kebahagian dunia dan akhirat itu dengan sendirinya kita harus mengikuti
ketentuan-ketentuan dari allah SWT. Apa yang telah kita terima dari allah SWT.
Sungguh ak dapat dihitung dan tak dapat dinilai dengan materi banyaknya. Dan
kalau kita mau menghitung-hitung nikmat dari Allah, kita tidak dapat
menghitungnya, karena terlalu amat sangat banyaknya.Secara moral manusiawi
manusia mempunyai kewajiban Allah sebagai khaliknya, yang telah memberi
kenikmatan yang tak terhitung jumlahnya.
Jadi berdasarkan hadits AL-Lu’lu uwal
kewajiban manusia kepada Allah pada garis besar besarnya ada 2 :
1) mentauhidkan-Nya yakni tidak memusyrik-Nya kepada sesuatu
pun.
2) beribadat kepada-Nya
Orang yang demikian ini mempunyai hak untuk tidak disiksa
oleh Allah, bahkan akan diberi pahala dengan pahala yang berlipat ganda, dengan
sepuluh kali lipat sampai tujuh ratus kali lipat bahkan dengan ganda yang tak terduga
banyaknya oleh manusia. Dalam al-quran kewajiban ini diformulasikan dengan :
1) iman.
2) amal saleh
Beriman dan beramal saleh itu dalam istilah lain disebut
takwa. Dalam ayat (Q.S al-baqorah ayat 177) iman dan amal saleh, yang disebut
takwa dengan perincian :
1) iman kepada Allah, kepada hari akhir, kepada
malaikat-malaikat, kepada kitab-kitab, dan kepada nabi-nabi.
2) amal saleh :
a. Kepada sesama manusia : dengan memberikan harta yang
juga senang terhadap harta itu, kepada kerabatnya kepada anak-anak yatim kepada
orang-orang miskin kepada musafir yang membutuhkan pertolongan (ibnu sabil)
b. Kepada Allah : menegakan / mendirikan shalat,
menunaikan zakat
c. Kepada diri sendiri : menempati janji apabila ia
berjanji, sabar delam kesempitan, penderitaan dan peperangan.
Kesemuanya itu adalah dalam rangka
ibadah kepada allah memenuhi manusia terhadap khalik.
Tanggung
jawab manusia sebagai khalifah Allah
Sebagai makhluk Allah, manusia mendapat amanat yang harus di
pertanggung jawabkan di hadapan-Nya.Tugas hidup yang di pikul manusia di muka
bumi adalah tugas kekhalifahan, yaitu tugas kepemimpinan; wakil Allah di muka
bumi untuk mengelola dan memelihara alam.
Khalifah
berarti wakil atau pengganti yang memegang kekuasaan.Manusia menjadi khalifah,
berarti manusia memperoleh mandate Tuhan untuk mewujudkan kemakmuran di muka
bumi.
Kekuasaan
yang di berikan kepada manusia bersifat kreatif, yang memungkinkan dirinya
m,engolah dan mendayagunakanvapa yang ada di muka bumi untuk kepentingan
hidupnya sesuai dengan ketentuan yang di tetapkan oleh Allah. Agar manusia bisa
menjalankan kekhalifahannya dengan baik, Allah telah mengajarkan kepadanya
kebenaran dalam segala ciptaan-Nya dan melalui pemahaman serta penguasaan
terhadap hukum-hukum yang terkandung dalam ciptaan-Nya, manusia bisa menyusun
konsep-konsep serta melakukan rekayasa membentuk wujud baru dalam alam
kebudayaan.
Dua peran yang di pegang manusia di
muka bumi. Sebagai khalifah dan ‘abd merupakan perpaduan tugas dan tanggung
jawab yang melahirkan dinamika hidup, yang sarat dengan kreatifitas dan
amaliah yang selalu berpihak pada nilai-nilai kebenaran. Oleh karena itu hidup
seorang muslim akan di penuhi dengan amaliah, kerja keras yang tiada henti,
sebab bekerja bagi seorang muslim adalah membentuk satu amal shaleh. Kedudukan
manusia di muka bumi sebagai khalifah dan sebagai makhluk Allah, bukanlah dula
hal yang bertentangan melainkan suatu kesatuan yang padu dan tidak terpisahkan.Kekhalifaan
adalah ralisasi dari pengabdiannya kepada Allah yang menciptakannya.
Dua sisi tugas dan tanggung jawab ini
tertata dalam diri setiap muslim sedemikian rupa. Apabila terjadi
ketidakseimbangan, maka akan lahir sifat-sifat tertentu yang menyebabkan
derajat manusia meluncur jatuh ke tingkat yang paling rendah, seprti firman
Allah dalam surat ath-Thin:4.
Dengan demikian, manusia sebagai
khalifah Allah merupakan satu kesatuan yang menyampurnakan nilai kemanusiaan
yang memiliki kebebasan berkreasi dan sekaligus menghadapkannya pada tuntutan
kodrat yang menempatkan posisinya pada ketrbatasan.
Perwujudan kualitas keinsanian manusia tidak terlepas
dari konteks sosial budaya, atau dengan kata lain kekhalifaan manusia pada
dasarnya diterapkan pada konteks indvisu dan sosial yang berporos pada Allah,
seperti firman Allah dalam Muthathohirin:112.
BAB
3
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Berdasarkan berbagai aspek yang telah kami bahas, maka kami
dapat menyimpulkan bahwa hakekat manusia dalam pandangan islam yaitu sebagai
khalifah di bumi ini. Yang mampu merubah bumi ini kearah yang lebih baik.Hal
yang menjadikan manusia sebagai khalifah adalah karena manusia memiliki
kelebihan yang tidak dimiliki makhluk lainnya, seperti akal dan perasaan.Selain
itu manusia diciptakan Allah dalam bentuk yang paling baik, ciptaan Allah yang
paling sempurna.
Daftar pustaka
Djatnika,
Rachmat. 1996. Sistem Ethika Islam. Jakarta: pustaka panjimas.
Hasan,
Aliah B purwakania .2006 .Psikologi Perkembangan Islam . Jakarta:
Rajagrafindo persada.
Husnan,
Djaelan, dkk. 2009. Islam Integral Membangun Kepribadian Islami.
Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.
Rachmat,
Noor. 2009. Islam dan Pembentukan Akhlak Mulia. Depok: Ulinnuha press.
KnowledgeFungsi dan peranan
manusia dalam islamfungsi ruhhakikathakikat islamhakikat manusiahakikat manusia adalahhakikat manusia dalam
islamHAKIKAT MANUSIA MENURUT
ISLAMJasadjenis nafsmacam hakikat manusiamakalah hakikat manusia
dalam islammanusiamanusia adalahNafsNafs Al-amarahNafs Al-lawwamahNafs Al-MuthmainnahPenciptaan manusiaPengertian manusia
menurut agama islamPengertian manusia
menurut para ahliPersamaan dan perbedaan
manusia dengan makluk lainRuhtanggung jawab manusiaTanggung jawab manusia
sebagai Hamba AllahTanggung jawab manusia
sebagai khalifah Allahtugas agamaTujuan penciptaan manusia
Komentar
Posting Komentar