Implementasi Pengembangan Profesi Guru



 A.  Kerangka dasar profesionalisasi Guru
Berawal dari kenyataan bahwa guru memiliki peran penting dalam peningkatan mutu, relevansi pembangunan masyarakat dan efisiensi pendidikan, maka pengembangan profesi dianggap sebagai suatu kebutuhan. Pengembangan profesi ini sangat berhubungan erat dengan kemampuan guru. Ciri-ciri guru professional adalah :
1.      Memiliki komitmen penuh pada proses pembelajaran
2.      Menguasai materi dan cara mengajarkannya
3.      Mampu menggunakan kemampuan dengan sistematis terhadap apa yang diajarkan, diterapkan dan yang dialami
4.      Memiliki peran aktif sebagai bagian dari masyarakat untuk mencapai kemahirannya
Pengembangan guru dilakukan berdasarkan atas kebutuhan institusi, kelompok guru dan individu. Fenomena perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi, pelaksanaan pasar bebas (North America Free Trading Agreement), otonomi daerah dan perkembangan kurikulum menimbulkan beberapa pandangan penting menyangkut profesionalisasi pendidikan, yaitu :
1.      Sebuah kebenaran yang tak dapat dibantah bila subyek pendidikan ialah manusia berpotensi. Potensi ini diupayakan dan dilandasi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
2.      Pendidikan dilaksanakan secara intensional (secara sadar, sistematis normative) sehingga dianggap memiliki acuan bagi pendidik, peserta didik dan pengelola pendidikan.
3.      Produk-produk pendidikan merupakan aplikasi dan pembelajaran tentang teori-teori – kerangka hipotesis dalam memecahkan masalah pendidikan.
4.      Titik pangkal pendidikan terdapat pada asumsi tentang manusia yang memiliki potensi yang mampu mengembangkan dan dikembangkan.
5.      Pokok terpenting dalam pendidikan terletak dalam proses dialog antara pendidik dan peserta didik sesuai dengan arah jelas menuju nilai-nilai luhur yang dijunjung oleh masyarakat.
6.      Tidak dapat dihindarinya dilemma antara tujuan utama pendidikan, yakni menjadikan manusia utuh dengan misi instrumental, yakni alat yang digunakan sebagai indicator perubahan atau pencapaian terhadap sesuatu (ide, teori, hipotesa, aplikasi)

 B.   Model Pengembangan Guru
Dibawah ini adalah 5 model pengembangan guru oleh Castetteer (Syaifuddin, 2009) dan Candall
Model Pengembangan Guru
Keterangan
Individual Guided Staff Development (Pengembangan Guru yang Dipandu secara Individual)
Para guru dapat menilai kebutuhan belajar mereka dan mampu belajar aktif serta mengarahkan diri sendiri. Para guru harus dimotivasi saat menyeleksi tujuan belajar berdasarkan penilaian personil dari kebutuhan mereka.
Observation/ Assesment (Observasi / Penilaian)
Observasi dan penilaian dari instruksi menyediakan guru dengan data yang dapat direfleksikan dan dianalisis untuk tujuan pengingkatan belajar siswa. Refleksi olrh guru pada akhirnya dapat ditingkatkan oleh observasi lainnya.
Involvement in a development / Improvement process (Keterlibatan dalam suatu proses pengembangan / peningkatan )
Pembelajaran orang dewasa lebih efektif ketika mereka perlu mengetahui atau perlu memecahkan suatu masalah. Guru perlu untuk memperoleh pengetahuan atau keterampilan melalui keterlibatan pada proses peningkatan sekolah atau pengembangan kurikulum.
Training (Pelatihan)
Ada teknik-teknik dan perilaku-perilaku pantas untuk ditiru guru dalam kelas. Guru-guru dapat merubah perilaku mereka dan belajar meniru perilaku dalam kelas mereka. Pada lembaga pendidikan swasta , sebagian besar penerapan pengembangan profesi menggunakan model training berupa seminar, workshop, diskusi panel, rapat pengembangan profesi dan konferensi.
Inquiry (Pemeriksaan)
Pengembanga professional adalah studi kerja sama oleh para guru sendiri untuk membuat praktik mereka konsisten dengan nilai-nilai bidang pendidikan.

Sedangkan menurut Candall ( Saud, 2009) mengemukakakn model-model yang efektif untuk mengembangkan kemampuan professional guru, yaitu :
Model mentoring, model ilmu terapan atau model “dari teori ke praktik”, dan model inquiry atau model reflektif. Model mentoring adalah model dimana yang berpengalaman merilis pengetahuannya atau melakukan aktivitas mentor pada guru yang kurang berpengalaman. Model ilmu terapan merupakan perpaduan antara hasil-hasil riset yang relevan dengan kebutuhan-kebutuhan praktis. Model inquiry yaitu pendekatan yang berbasis pada guru-guru, para guru harus aktif menjadi peneliti, seperti membaca, bertukar pikiran, melakukan observasi, melakukan analisis kritis, dan merefleksi pengalaman praktis mereka sekaligus meningkatkannya.

 C.   Penerapan di Indonesia dengan menyertakan perbandingan implementasi profesionalisasi di mancanegara
Profesionalisasi pertama berawal pada pembentukan sikap professional guru. Proses pengembangan sikap professional guru berdasarkan model pengembangan profesi dapat dibagi berdasarkan waktunya seperti yang ada di  bawah ini :
1.      Selama pendidikan prajabatan
Dalam hal ini calon guru menerima didikan dalam berbagai pengetahuan, sikap dan skill professional dalam pekerjaannya nanti.
2.      Pengembangan professional selama dalam jabatan
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta sikap professional keguruan.

Dalam perwujudannya, Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah (2009) menyebutkan beberapa alternative Program Pengebangan Profesionalisme Guru.
1.      Peningkatan Kualitas Guru
Program ini menyangkut kualifikasi formal dan pengalaman guru. Dalam kenyatannya, guru memiliki standart minimal pendidikan S1 atau S2 agar mampu memenuhi kualifikasi formal guru di Indonesia. Sedangkan, dari segi pengalaman, guru memiliki efektifitas kegiatannya sebagai pendidik dan agen perubahan dalam masyarakat, khususnya dalam menjaga nilai-nilai luhur masyarakat yang diajarkan dalam kegiatan belajar-mengajar dimanapun ia berada. Implementasinya sebagai berikut :
a)      Pelaksanaan kebijakan pengembangan tenaga pendidik di tingkat dasar da menengah
b)      Meningkatkan kualitas misi pendidikan melalui program-program berupa pembinaan profesionalisme dan kepribadian para guru, kepala sekolah dan tenaga kependidikan oleh para pengawas dan atau para pejabat structural terkait sesuai dengan kebutuhan lapangan pada semua jenjang dan jenis pendidikan.
2.      Program Penyetaraan dan Sertifikasi
Program ini diperuntukkan bagi guru yang mengajar tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Hal ini terjadi karena adanya keterbatasan, baik dari sekolah atau guru yang bersangkutan.
3.      Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi
Pelatihan ini mengacu pada kebutuhan guru, terfokus pada tuntutan kompetensi. Pada Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi (PTBK), materi yang akan diajarkan merupakan integrase bidang-bidang ilmu sumber pelatihan yang mencakup :
·         Kepemilikan wawasan pendidikan dan pemahaman landasan pendidikan
·         Penguasaan materi pelajaran sesuai dengan profil kompetensi
·         Penguasaan pengelolaan kelas dan evaluasi KBM sesuai dengan karakteristik bidang studi
·         Penguasaan wawasan profesi dan kepribadian guru
4.      Program Supervisi Pendidikan
Implementasi melibatkan supervise yang berkarakteristik mengarahkan pada perubahan ke arah yang lebih baik dan positif sehingga kegiatan belajar mengajar menjadi efektif. Selanjutnya prestasi siswa, sekolah dan guru juga ikut terdongkrak karena kelemahan dan hambatan dalam KBM dapat dikurangi, bahkan diatasi.
5.      Program Pemberdayaan MGMP (Musyawarah Guru Mata pelajaran)
Program ini bertitik berat pada kerjasama anatr guru, baik negeri maupun swasta untuk mencapai implementasi optimal kurikulum dalam mengelola mata pelajaran



6.      Symposium Guru
Pada pelaksanaan ini, guru mampu mendapat upaya-upaya kreatif untuk problem solving KBM. Forum ini juga berfungsi sebagai ajang kompetisi antar guru pada penggunaan metode pembelajaran, hasil penelitian tindakan kelas atau karya ilmiah.
7.      Teacher’s constructivism beliefs
Konstruktivisme memandang realita subyek pembelajaran dan materi adalh sama dengan aktivitas relasi pembelajaran terhadap konteks pemahaman baru para siswa.
8.      Kegiatan Organisasi Profesi
Organisasi profesi memegang peran pelayanan anggotanya dalam membangun relasi dengan masyarakat untuk meningkatkan perannya sebagai guru. Kegiatan ini terwujud dalam kerjasama antar guru sejawat, magang dan kegiatan ilmiah, baik melalui media maupun kegiatan bermasyarakat.

 D.  Tantangan dan problematika Pengembangan Profesionalisasi Guru
Dedi Supriadi (1999 : 104-106, dikutip oleh Saud (2007)) mengemukakan beberapa pandangan terkait tantangan profesionalisasi, yaitu :
1.      Ketidak jelasan definisi profesi guru ketika berhadapan dengan profesi lain khususnya pada bidang pekerjaan, tingkat keahlian yang dituntut dari guru
2.      Tidak terlindunginya profesi guru ketika berhadapan dengan desakan kebutuhan masyarakat. Hal ini Nampak pada tergantungnya profesi guru ketika terjadi kekurangan tenaga guru di daerah-daerah. Yang terjadi ialah siapaun yang berada di depan kelas dan dapat membagi kemauan kepada orang lain dapat mengajarkannya.
3.      Penambahan jumlah guru secara besar-besaran membuat stabdart mutu guru sulit dijaga dan dikendalikan. Sehingga ada anggapan tidak ada relevansi guru dan kebutuhan akan guru dalam jumlah besar.
4.      Organisasi keguruanPGRI bergerak di “pertengahan” antara pihak pemerintah dan guru-guru. PGRI belum banyak memiliki kegiatan yang sistematis dalam rangka peningkatan profesi baik disebabkan karena kekurangan dana, langkahnya tenaga professional dan potensi pasar menerima penerbitan professional. Oleh karena itu, perlulah PGRI belajar dari NEA (National Education Assosiation) dan AFT (American Federation of Teacher), dari NUT (National Teachers Union) di Inggris untuk mempertajam pengaruh opini publik tentang pendidikan guru
5.      Tuntutan dan harapan masyarakat terhadap kualitas guru semakin ditantang sebagai akibat berkembangnya pula teknologi, informasi dan perbedaan kecepatan pemahaman masyarakat tentang peran-peran yang guru miliki

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah kompetensi guru

Makalah Konsep Dasar Antropologi

tingkat dan jenis profesi dalam dunia pendidikan